Ingin Ubah Suasana, Gamawan Fauzi tak Mudik

Ingin Ubah Suasana, Gamawan Fauzi tak Mudik
Ingin Ubah Suasana, Gamawan Fauzi tak Mudik
MUDIK punya makna yang cukup dalam bagi sebagian besar umat muslim, termasuk Mendagri Gamawan Fauzi. Pria kelahiran 9 November 1957 itu menganggap, mudik adalah momen yang indah untuk bertemu dengan sanak saudara. Mudik, imbuh penerima Bung Hatta Award 2004 itu, juga merupakan waktu sejenak untuk melampiaskan kerinduan terhadap kampung halaman.

"Seperti dikatakan Einstein bahwa manusia tidak bisa obyektif terhadap dua hal, yakni ibu dan kampung halaman. Seburuk apa pun ibu kita, tetapkan dibilang baik, karena memang ibu kita," ujar Gamawan Fauzi dalam perbincangan dengan wartawan usai shalat Jumat di masjid Kemendagri, kemarin (26/8).

Begitu pun terhadap kampung halaman, penilaian subyektif setiap orang akan lebih ditonjolkan dibanding fakta yang sebenarnya. Dengan mudik, pulang kampung, kerinduan mengenai masa kecil bisa terobati.

"Ingat betapa indah semasa kecil, melewati proses remaja, ada air mengalir, ingat berkelahi dengan teman, mencuri jambu tetangga, menggembala kerbau. Semua begitu indah. Sampai ada seorang teman saya, sudah 53 tahun, sekarang tinggal di Jakarta, tidak bisa merasakan lebaran jika tak pulang kampung," ujar lulusan FH Universitas Andalas Padang (1982) yang menapak karier mulai dari staf biasa di Kantor Ditsospol Pemprov Sumatera Barat itu.

MUDIK punya makna yang cukup dalam bagi sebagian besar umat muslim, termasuk Mendagri Gamawan Fauzi. Pria kelahiran 9 November 1957 itu menganggap,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News