Ini Cara Beradab Atasi Konflik Sosial

Ini Cara Beradab Atasi Konflik Sosial
Asisten Teritorial (Aster) Panglima TNI Mayjen TNI Wiyarto mewakili Panglima TNI membawakan ceramahnya dengan judul “Memantapkan Peran TNI Dalam Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial Guna Mendukung Stabilitas Keamanan Nasional” di Jakarta, Senin (7/3). FOTO: Puspen TNI for JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA – Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo berpesan kepada peserta Rapat Koordinasi Nasional Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial Tahun 2016 agar selalu kompak dalam melaksanakan strategi pencegahan konflik sosial kepada masyarakat dengan selalu mengutamakan tindakan-tindakan terpuji seperti menebarkan salam, menjalin silaturahmi dan persaudaraan, saling menasehati dalam kebaikan. Selain itu, selalu berbuat kebajikan dan mencegah kemungkaran dalam menyelesaikan setiap masalah melalui pendekatan antropologi budaya serta soft power dengan  melibatkan semua unsur masyarakat terdiri dari tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat.

Pesan Panglima TNI itu disampaikan Asisten Teritorial (Aster) Panglima TNI Mayjen TNI Wiyarto dalam ceramahnya dengan judul “Memantapkan Peran TNI Dalam Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial Guna Mendukung Stabilitas Keamanan Nasional” di Jakarta, Senin (7/3).

Menurut Panglima TNI, salah satu penyebab terjadinya konflik terkaiat perkembangan penduduk dunia yang sangat pesat. Pada tahun 1975, jumlah penduduk mencapai 4 milliar berkembang menjadi 7 milliar di tahun 2011. Bahkan diprediksi akan bertambah menjadi 11 milliar pada tahun 2035.

“Dengan adanya penambahan jumlah penduduk tersebut maka kebutuhan energi, pangan, dan air akan semakin meningkat,” katanya.

Menurut Jenderal Gatot, idealnya kapasitas bumi dihuni oleh sekitar 3-4 milliar. Karena itu, dengan penambahan 3 kali lipat penduduk bumi bisa menyebabkan standar hidup manusia menurun karena kemiskinan, kelaparan dan kesehatan buruk.

Panglima TNI juga mengungkapkan bahwa ancaman nyata bangsa Indonesia kedepan yaitu berubahnya latar belakang dan lokasi konflik/perang dari perang yang 70 persen berlatar belakang energi di wilayah Timur Tengah menjadi perang berlatar belakang pangan, energi dan air (ekonomi) yang lokasinya di wilayah equator, salah satunya adalah Indonesia.

Pada kesempatan itu peserta Rakornas Tim Terpadu Penanganan Konflik diingatkan bahwa konflik sosial yang terjadi di Indonesia semuanya tidak luput dari pengaruh campur tangan pihak luar yang memanfaatkan orang dalam untuk direkayasa dan dibentuk opini sehingga timbul kebencian, ketagihan bertengkar, saling tuduh bahkan saling bunuh.

“Pihak asing tidak suka Indonesia bersatu, maju dan menjadi negara yang besar. Seharusnya bangsa Indonesia sadar dan inilah yang dinamakan proxy war,” katanya.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News