Ini Penyebab Serapan Gabah dan Beras Bulog Masih Rendah

Ini Penyebab Serapan Gabah dan Beras Bulog Masih Rendah
Persediaan beras Bulog. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

"Saat ini, cadangan pangan harus kita penuhi terlebih dahulu. Impor 500 ribu ton harus segera datang. Itu poin pentingnya, sehingga ada beras untuk mengintervensi, memberi bantuan, menjaga stabilisasi harga bisa dilakukan oleh Bulog. Kalau tidak, ini juga akan menghambat program pemerintah dalam hal bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan juga akan menghambat dalam rangka stabilisasi harga di pasar," kata Ketut.

Optimalisasi penyerapan

Sementara, Koordinator Padi Irigasi dan Rawa Direktorat Serealia Kementerian Pertanian (Kementan), Rachmat mengatakan pihaknya terus berupaya meningkatkan produksi padi lewat dua langkah, yakni peningkatan produktivitas dan perluasan luas tanam/panen.

Peningkatan produktivitas, antara lain dilakukan dengan penggunaan benih varietas unggul dan inovasi teknologi.

Untuk perluasan areal tanam dilakukan dengan tumpang sari, pemanfaatan peremajaan hingga penggunaan lahan bekas tambang.

Kementan juga mempercepat masa tanam kedua untuk antisipasi kemarai panjang atau El Nino.

Mengenai potensi luas panen, urai Rachmat, dari Januari sampai Mei 2023 diperkirakan mencapai 5,12 juta hektare.

Dari luas panen itu bisa diproduksi gabah kering 26,88 juta ton yang setara 15,48 juta ton beras.

Dari awal tahun 2023 hingga saat ini, Bulog baru bisa menyerap 222 ribu ton beras.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News