Inilah Suka Duka Perawat para Bayi yang Terbuang

Inilah Suka Duka Perawat para Bayi yang Terbuang
Ani, Deni, dan Feridilla mengasuh para bayi seperti anak sendiri. FOTO : Jawa Pos

jpnn.com, SIDOARJO - Ani Nur Aini, Feridilla Alit, dan Deni Tri Murdiyanah adalah sosok spesial. Dengan penuh sabar dan telaten, tiga perawat di Unit Pelayanan Teknis (UPT) Perlindungan dan Pelayanan Sosial Anak Balita (PPSAB) itu senantiasa menjaga dan merawat para bayi yang terbuang. 
--

''ROZAK, kowe nonton opo kok anteng men (Rozak, kamu lihat apa kok tenang sekali, Red)?'' ucap Ani Nur Aini.

Abdul Rozak adalah salah seorang bayi yang masih tinggal di UPT PPSAB. Mendapat panggilan itu, Rozak hanya terdiam. Maklum, bayi tersebut masih berumur 5 bulan. Dia tetap pada posisi tengkurap. Pandangan matanya menatap boneka Winnie the Pooh di depannya. 

Rozak adalah bayi yang terlahir ''khusus''. Berbeda dengan bayi lainnya. Dia didiagnosis menderita mikrosefalus. Ada kelainan pada otak dengan ukuran kepala lebih kecil daripada ukuran kepala rata-rata anak seusianya. Namun, badannya cukup besar.Tumbuh normal seperti bayi lain.

Ani tetap menyayangi bayi ''khusus'' tersebut. Demikian pula Feridilla Alit dan Deni Tri Murdiyanah. Dengan telaten, Deni pun tampak mengelap air liur dari bibir Rozak. ''Lho ngecese,'' ujar Deni, lantas tersenyum saat mengusap mulut bayi laki-laki itu dengan tisu. 

Bagi Deni, seluruh anak yang dirawat di UPT PPSAB sudah seperti anak sendiri. Mereka diperlakukan sama dan hati-hati. Ketika ada anak yang sakit, mereka pun turut kepikiran. Resah dan deg-degan. ''Kalau ada anak yang diopname, misalnya, rasanya ikut sedih,'' ungkap perempuan 36 tahun tersebut.

Sebagai perawat, mereka harus siap sedia menjaga tatkala anak-anak tinggal di rumah sakit. Menunggu sampai sembuh. Sama seperti menjaga buah hati sendiri. ''Malahan, bisa melebihi saat menjaga anak sendiri kalau banyak yang sakit,'' ucap Feridilla. 

Perempuan 41 tahun itu masih ingat betul saat banyak anak yang diopname. Hampir setengah jumlah bayi di UPT PPSAB sempat dilarikan ke rumah sakit. Para perawat pun bergantian wira-wiri ke rumah sakit. Jam kerja normal tidak berlaku lagi. Namun, mereka tidak pernah memedulikannya. Yang terpenting, anak-anak bisa kembali sehat. ''Kalau ada yang sakit, kami selalu deg-degan,'' ujarnya.

Mereka diperlakukan sama dan hati-hati. Ketika ada anak yang sakit, mereka pun turut kepikiran

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News