Inilah yang Dibahas Kalau Kumpul-kumpul Sesama para Miliarder di Negeri Panda

Inilah yang Dibahas Kalau Kumpul-kumpul Sesama para Miliarder di Negeri Panda
Inilah yang Dibahas Kalau Kumpul-kumpul sesama para Miliarder di Negeri Panda

jpnn.com - BEIJING - Pertemuan tahunan National People's Congress (NPC) Tiongkok selalu menarik. Bukan sekadar perbincangan politik, konferensi yang penyelenggaraannya selalu berbarengan dengan rapat Chinese People's Political Consultative Conference (CPPCC) itu menjadi ajang kumpul-kumpul para miliarder Negeri Panda. 

Obrolan bisnis, jelas, mendominasi pertemuan yang berlangsung di Kota Beijing pekan lalu tersebut. Sebab, sedikitnya seratus politikus dan legislator yang hadir dalam acara rutin itu adalah orang-orang kaya dan kalangan pebisnis. Lantas, apa yang dilakukan kalangan jetset Negeri Panda tersebut dalam pertemuan "politik" akbar semacam itu" Jawabannya adalah aksi lobi-lobi. 
 
Ya, pertemuan itu menjadi peluang besar bagi para pebisnis dan miliarder Tiongkok untuk menciptakan banyak kesepakatan bisnis. Maka, saat sebagian legislator sibuk memaparkan pertimbangan-pertimbangan politis atau terlibat dalam pemungutan suara, sebagian politikus yang lain tenggelam dalam perbincangan tentang profit dengan kalangan pebisnis. 
 
Di sela konferensi yang mulai dibuka pada 3 Maret lalu itu, para pebisnis Tiongkok punya banyak kesempatan untuk melobi para legislator. Dalam ajang tahunan tersebut, biasanya akan lahir banyak kesepakatan bisnis. Juga, kebijakan-kebijakan yang pro pebisnis. Sebab, negeri yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu masih mengandalkan sektor perdagangan sebagai motor penggerak perekonomian. 
 
Tapi, tentu saja, tidak semua politikus Tiongkok adalah miliarder. Juga, tidak seluruh legislator Tiongkok adalah pebisnis. "Pekerja pabrik dan petani mewakili 13 persen komposisi legislator Tiongkok," terang kantor berita Xinhua. Xue Haiying, misalnya. Delegasi NPC yang berprofesi penyapu jalan itu hanya memiliki penghasilan USD 200 (sekitar Rp 2,6 juta) per bulan. 
 
"Legislator Tiongkok bukannya tidak punya alasan atau enggan untuk mengembangkan komposisi anggotanya. Tapi, sejauh ini (dengan komposisi seperti itu, Red) parlemen sudah melakukan banyak terobosan," lapor Xinhua. Maka, dalam beberapa tahun yang akan datang pun, para miliarder dan pebisnis masih mendominasi parlemen Tiongkok. 
 
Hurun Research Institute melaporkan bahwa 203 utusan yang hadir dalam pertemuan tahunan itu memiliki kekayaan senilai USD 463,8 miliar atau sekitar Rp 6.108 triliun jika digabungkan. Angka tersebut, menurut CNN, lebih banyak ketimbang produk domestik bruto (PDB) tahunan Austria, Kolombia, atau Afrika Selatan (Afsel). 
 
Saat ini 203 legislator Tiongkok berada pada daftar orang terkaya nasional yang jumlah totalnya mencapai 1.271 orang. Ma Huateng, CEO Pony, adalah salah seorang delegasi NPC yang superkaya. Kekayaannya mencapai USD 17 miliar atau sekitar Rp 224,557 triliun. Demikian juga Lei Jun, bos besar Xiaomi, yang hartanya berkisar USD 14 miliar (Rp 184,93 triliun). 
 
Kehadiran kalangan miliarder dalam parlemen membuat Tiongkok kian moncer. Jika dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS), para legislator Tiongkok jauh lebih kaya raya. Harta 10 legislator terkaya Tiongkok bisa mencapai USD 184 miliar (sekitar Rp 2.430 triliun), sedangkan harta 10 anggota Kongres terkaya AS baru bernilai USD 1,9 miliar (sekitar Rp 25 triliun) saja. (CNN/PRNewswire/hep/c10/ami/jpnn)


BEIJING - Pertemuan tahunan National People's Congress (NPC) Tiongkok selalu menarik. Bukan sekadar perbincangan politik, konferensi yang penyelenggaraannya


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News