Inovasi Minyak Sawit Harus Dilakukan Saat Kebutuhan Pangan Meningkat

Inovasi Minyak Sawit Harus Dilakukan Saat Kebutuhan Pangan Meningkat
Inovasi terhadap sawit harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Kepala Divisi Pelayanan BPDKS Arfie Thahar menjelaskan terdapat tujuh bidang kelompok riset yaitu budi daya, pascapanen dan pengolahan, pangan dan kesehatan, bioenergy, oleokimia dan biomaterial, lingkungan serta sosial, ekonomi, bisnis manajemen dan pasar.

Kegiatan penelitian dan pengembangan sawit bertujuan meningkatkan produktivitas, sustainability, penciptaan produk atau pasar baru dan meningkatkan kesejahteran petani.

Jumlah dana riset disalurkan BPDPKS mencapai Rp 389,3 miliar kepada 235 bidang penelitian pada 2015-2021. Riset ini meliputi 48 bidang bioenergi, 9 bidang pasc panen, 26 riset budi daya, 17 bidang pangan dan kesehatan, 37 bidang olekimia dan biomaterial, 61 bidang sosial ekonomi, dan 37 bidang lingkungan.

Arfie menuturkan program riset BPDPKS menjalin kerja sama dengan 70 lembaga penelitian dan pengembangan  termasuk perguruan tinggi dan BRIN. Selain itu, ada 840 peneliti, 346 mahasiswa, 201 publikasi yang terlibat dalam riset BPDPKS.

”Dari program riset ini dihasilkan 42 paten dan 6 buku,” ujar Arfie.

Pelaksana tugas Ketua Umum Dewan Sawit Indonesia Sahat Sinaga menjelaskan kampanye negatif sawit sudah berlangsung semenjak 1980-an. Harga sawit yang kompetitif selalu dikaitkan dengan kualitas.

Tuduhan rendahnya kualitas minyak sawit selalu digaungkan negara produsen minyak nabati lain. Sebab, harga minyak nabati lain lebih tinggi US$200/ton dari sawit.

“Kalau ada tuduhan harga sawit murah lalu kualitasnya rendah, itu tidak benar,” jelasnya.

Pemerintah menyebut minyak sawit sekarang menjadi salah satu kebutuhan utama masyarakat sehingga harus ada inovasi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News