Insyaallah Aku Lilo, Madrid

Insyaallah Aku Lilo, Madrid
Dahlan Iskan.

Seandainya saya nangis sungguhan pun tidak ada gunanya. Tidak ada yang melihat. Tidak seru adegan menangis tanpa dilihat orang.

Inilah ayatnya: barang siapa menangis tanpa dilihat orang tangisnya langsung berhenti sejak sebelum menangis.

Untuk apa saya menangis. Saya memang nonton final itu di tempat keramaian. Di sebuah sport bar yang besar. Mewah. Gemerlap. Tapi saya sendirian.

Tidak ada pengunjung bar. Jam tayang final itu nanggung. Untuk Wilayah Tengah Amerika: pukul 13.45.

Matahari menyengat. Yang makan siang sudah selesai. Yang mau minum-minum belum datang.

Memang, saat saya masuk masih terlihat ini: beberapa meja penuh orang makan. Tapi sudah di tahap membayar.

Ada 16 TV di sekeliling bar itu. Ada yang layar kecil. Ada yang layar besar. Ada pula yang besar sekali.

Saya tengok satu per satu: tidak satu pun yang menayangkan sepak bola. Yang terlihat hanya tayangan baseball, balap mobil, basket, tinju.

Kadang di balik musibah itu memang ada udangnya. Yo wis rapopo. Insyaallah aku iso lilo….

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News