Islam dan Pluralisme

Oleh: Hasan Basri (Liem Fuk San)*

Islam dan Pluralisme
Islam dan Pluralisme
Bila itu terjadi, penilaian orang yang disampaikan adalah keyakinan. Misalnya, si A seorang muslim. Setiap hari datang ke masjid, mengenakan sarung, peci, layaknya seorang kiai. Sementara itu, rumahnya bersebelahan dengan orang miskin yang berbeda keyakinan dengan dirinya.

Sikap fanatik yang berlebihan membuat si A merasa lebih dari segalanya dibanding tetangganya yang beda keyakinan tersebut. Tidak sedikit pun ada rasa hormat meski hidup bersebelahan. Bahkan, saat si tetangga terkena musibah, si A tidak mau membantu dengan dalih tidak seiman.

Praktis, tetangga lain pasti mencela. Satu kalimat yang biasa keluar dari mereka adalah "Orang Islam kok kayak gitu". Jelas sekali, agama yang kerap menjadi kambing hitam atas sikap individu yang tidak menghargai pluralisme. Bukan agama yang tidak menekankan penghargaan terhadap pluralisme itu sendiri.

Di zaman Rasulullah pun demikian. Semua aktivitas berlangsung dengan baik. Kerja sama bidang ekonomi juga terjadi antara umat muslim dan lainnya. Tentu saja mereka menjunjung tinggi kemaslahatan umat. Dengan begitu, tidak ada yang dirugikan dalam mewujudkan kongsi dagang tersebut.

ISLAM merupakan agama rahmatan lil alamin. Bisa pula diartikan agama penuh kedamaian. Tidak mempersoalkan perbedaan yang mengerucut hingga terjadinya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News