Islam Menebar Kedamaian

Oleh : Djoko Slamet Sunarto (Sie Kiem San)*

Islam Menebar Kedamaian
Islam Menebar Kedamaian
Itu terjadi ketika saya menunaikan ibadah haji pada 2002. Sebelumnya, sejak 2001, saya divonis dokter mengalami batu ginjal. Untuk menghilangkannya, saya dianjurkan melakukan operasi. Jika tidak, batu ginjal itu akan membesar dan bisa merenggut nyawa saya. Pada pertengahan 2002, dokter kembali menyarankan untuk melakukan operasi. Tetapi, saya memutuskan untuk nekat melakukan laku spiritual tersebut.

Alhasil, selama di perjalanan, saya merasa sangat tersiksa. Rasa sakit semakin mendera. Bahkan, dalam perjalanan Surabaya-Jakarta, saya terpaksa berpisah dengan rombongan. Saya harus dirawat sebelum melanjutkan perjalanan. Saya hampir putus asa karena merasa tidak kuat lagi. Namun, saya tetap nekat.

Tiba di Baitullah, rasa sakit menjadi-jadi. Namun, saya merasa sangat bersyukur. Setelah menaruh barang di penginapan, hari itu saya berjalan menuju Kakbah. Meski sambil menahan sakit, aneh rasanya, saya seperti didorong atau dipapah sehingga merasa ringan. Di depan Kakbah saya menangis seperti anak kecil. Setelah salat, saya menuju toilet untuk buang air kecil.

Di situlah, sesuatu yang aneh terasa keluar bersama air seni. Tetapi, saya tidak tahu benda apa itu karena tidak terlihat. Kecuali yang terlihat adalah air seni. Keluar dari kamar kecil, tubuh merasa enteng. Tanpa beban. Rasa sakit yang mendera lenyap sama sekali. Saya sangat bersyukur sehingga bisa beribadah dengan khusyuk.

SEJAK resmi menjadi muslim pada 1989, saya merasa seperti terlahir kembali. Seperti ada energi positif yang menyelinap dalam hati sanubari saya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News