Islamofobia

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Islamofobia
Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com

Contoh fragmentaris yang diajukan Mahfud itu tentu tidak memadai dan tidak bisa dijadikan bukti ada atau tidaknya islamofobia di era Orde Baru.

Pun pula ketika Mahfud menunjukkan bukti-bukti bahwa tidak ada islamofobia di era Jokowi, hal itu tidak cukup untuk menjadi bukti ada atau tidaknya islamofobia.

Era ororitarian Presiden Soeharto dan era populisme ala Jokowi mempunyai pola masing-masing dalam hubungannya terhadap Islam politik.

Soeharto memanfaatkan kekuatan Islam untuk menghancurkan gerakan PKI (Partai Komunis Indonesia) setelah kudeta yang gagal pada 1965.

Ketika itu Islam menjadi satu-satunya kekuatan yang bisa diandalkan untuk menghancurkan PKI.

Seperti kata Mao Zedong, ‘’Power grows out of the barrel of the gun’’, kekuasaan lahir dari mesiu senapan, Soeharto membangun kekuatan politik dengan memakai mesiu senapan ABRI.

Dengan kekuatan senjata Soeharto merebut kekuasaan dan mengonsolidasikannya.

Setelah berhasil menghancurkan PKI dan mengonsolidasikan kekuatan politik, Soeharto segera berpaling dari Islam dan menganggapnya sebagai ancaman serius bagi kekuasaannya.

Mahfud MD menegaskan bahwa Islamofobia, atau ketakutan terhadap Islam, tidak ada di Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News