Istri Meninggal, Tukang Becak Berhati Mulia itu Nyaris Putus Asa

Istri Meninggal, Tukang Becak Berhati Mulia itu Nyaris Putus Asa
PEDULI SESAMA: Himan (kiri) berbincang dengan Pak Dul. Dia mengunggah kisah Pak Dul di akun Facebook-nya karena ingin menginspirasi warga. Foto: Angger Bondan/Jawa Pos

Pak Dul masih sering kangen dengan istrinya. Karena itu, dia sering memeluk foto istrinya saat tidur. ’’Tidak ada niat kawin lagi, wes tuwek,” ungkap penggemar Titik Sandora itu, lalu tertawa kecil.

Di awal kehilangan istrinya, Dul mengaku nyaris putus asa. Dia merasa kesepian. Apalagi, lima di antara enam anaknya telah berkeluarga dan menjalani hidup masing-masing. Winarsih, anak kelima Dul, terkadang menjenguk. Maklum, dia tinggal bersama suaminya di gang yang sama. Sementara itu, dua anaknya yang lain, Hariadi dan Edi, tinggal di luar kota bersama keluarga masing-masing.

Kematian istrinya membuat Pak Dul sering linglung. Namun, dia bisa bangkit dan kembali menekuni profesinya sebagai tukang becak. ”Masak mau minta makan sama anak. Tidak tega saya. Kalau dikasih tidak apa-apa, tapi tidak minta,” kata Pak Dul. Dia memang punya prinsip pantang merepotkan orang lain. Bagi Pak Dul, sebisanya dirinya harus membantu orang lain.

Pak Dul juga punya kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan. Agus Solihin, tetangga sekaligus kerabat Pak Dul, memiliki cerita tersendiri tentang hal itu. ”Kayu di jalanan yang ada pakunya ya diambil. Pakunya dicabuti. Dia juga sangat rajin bersih-bersih kampung,” katanya.

Selain itu, sejak dulu Pak Dul dikenal kreatif dan tidak bisa diam. Agus juga ingat betul dengan masa kecil Pak Dul. ’’Dulu, dia sering membuat mainan mobil-mobilan dari batang kayu. Mainan itu sampai dibuat mainan anak sekampung,’’ kenangnya. Dul muda juga pernah membuat rumah pohon untuk tempat bermain anak-anak.

Terkadang Pak Dul dinilai terlalu peka, sampai-sampai sempat dikatakan orang gila. ”Pak Dul sering membersihkan selokan kampung. Hasilnya kan becek dan lumpur berbau di pinggir rumah. Banyak warga yang marah dan menganggapnya gila,” tambah Hariadi. Sejak itu, anak-anaknya melarang Pak Dul membersihkan selokan kampung lagi.

Namun, jiwa sosialnya tidak berhenti. Dia sama sekali tidak peduli dengan cap ’’gendeng” yang disematkan padanya. Pak Dul tetap suka menolong tetangga. Dengan bersemangat, dia memperbaiki pos ronda kampung atau pagar kampung tanpa diperintah siapa pun. Bahkan, sepuluh tahun terakhir, dia menambal lubang jalanan dengan bekas galian aspal.

Ketua RT 4 Totok Efendi Tambak Segaran Gang I mengatakan, selain memiliki hobi menambal lubang di jalanan, Pak Dul sangat ringan tangan. ”Itu lihat pos keamanan. Pak Dul yang nambalin pakai kayu dan besi seadanya. Mau kami bangun, tapi belum ada anggaran,” ujar Totok sambil menunjuk sebuah poskamling kecil.

KAMAR berukuran 2x4 meter itu terasa pengap. Maklum, tidak ada satu pun jendela. Satu-satunya ventilasi hanyalah pintu kamar yang tampak reyot. Lantai

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News