Istri Meninggal, Tukang Becak Berhati Mulia itu Nyaris Putus Asa

Istri Meninggal, Tukang Becak Berhati Mulia itu Nyaris Putus Asa
PEDULI SESAMA: Himan (kiri) berbincang dengan Pak Dul. Dia mengunggah kisah Pak Dul di akun Facebook-nya karena ingin menginspirasi warga. Foto: Angger Bondan/Jawa Pos

Beberapa kali Totok melihat Pak Dul mengangkut bongkahan bekas galian aspal dengan becak tuanya. Jika ditanya warga sekitar, dia hanya menjawab untuk menambal embong. Motifnya simpel, agar tidak ada lagi pengendara yang jatuh karena lubang di jalanan. Totok pernah menjumpai Pak Dul membawa bongkahan aspal yang memenuhi becaknya. ”Sekitar pekan lalu. Katanya sih buat nembel jalan,” kata Totok, lantas tertawa.

Bongkahan aspal berukuran besar hingga kecil juga terlihat menumpuk di sudut gang di samping pos ronda. Posisi pos ronda tepat di seberang rumah Pak Dul. Galian aspal tersebut adalah stok yang disimpan Pak Dul untuk menambal lubang-lubang jalan.

Aspal-aspal sisa itu diambil dari bekas galian PDAM di sekitar Jalan Tambak Adi. Pak Dul mengaku sudah izin petugas dan warga setempat saat mengambilnya. Menurut Pak Dul, sisa-sisa aspal tersebut memang harus dibawa pulang ke rumah. ”Sebelum nanti diangkut dan dibuang, saya ambil. Eman. Kata yang jaga galian itu, pek-pek en kabeh (ambil saja semua, Red),” ucap Pak Dul yang hobi mendengarkan musik lawas itu.

Sebelum menambal lubang jalan, Pak Dul biasanya membawa galian aspal sesuai dengan kebutuhan. Caranya, bongkahan aspal itu dihancurkan dengan menggunakan martil untuk menutupi lubang jalanan. Lubang jalan yang sudah ditambalnya, antara lain, Jalan Tembaan, Gembong, Kenjeran, Gembong Tebasan, dan Tambak Rejo.

Hobi menambal lubang jalanan itu biasanya tidak selesai dalam sehari. Jika lubangnya besar, Pak Dul menyelesaikannya dalam waktu 2–3 hari. Apalagi, dia juga harus mencari uang untuk makannya sehari-hari. Jadi, menambal jalan itu hanya bisa dikerjakannya selepas kerja, yakni pukul 21.00. ”Pernah juga saya menambalnya siang sebelum kerja. Tapi, taruhannya nyawa. Kalau pengendara mobil tidak lihat, bisa mati saya,” ucapnya, lantas terkekeh.

Namun, ketenaran sepertinya tidak membuat Pak Dul nyaman. Setelah aksinya terekspos media, dia jadi sibuk melayani undangan media. Akibatnya, dia jatuh sakit. Saat ditemui Jawa Pos di rumahnya, raut wajahnya tampak kurang bersemangat. Jadwal syuting dan berbagai aktivitas setelah menjadi public figure sepertinya lebih berat daripada kuintalan beban yang biasa diangkut sebagai tukang becak penambal lubang jalan.

Wajahnya yang keriput semakin mengerut, menunjukkan sedang sakit. Suaranya serak, bahkan hampir tidak terdengar. Beberapa anggota keluarga mengatakan, Dul kecapekan. ”Apalagi kemarin sempat lupa makan dan tidak berhenti syuting untuk beberapa media,” ujar Wahyuni, anak kedua Pak Dul. Dalam sehari, tukang becak yang biasa mangkal di ITC Surabaya tersebut menghabiskan setengah hari untuk perekaman adegan menambal lubang hingga kehidupannya untuk satu media.

Wedang jahe, jamu, dan berbagai ramuan tradisional terlihat tengah dikonsumsinya. Pak Dul merasa harus sehat kembali. Sebab, dia masih ingin membantu orang lain. ”Kula gerah, leres. Sekarang saya harus sehat seperti dulu. Ada undangan juga, kan mendatangi undangan wajib,” ujar Pak Dul dengan suara terbata-bata.

KAMAR berukuran 2x4 meter itu terasa pengap. Maklum, tidak ada satu pun jendela. Satu-satunya ventilasi hanyalah pintu kamar yang tampak reyot. Lantai

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News