Ivermectin Kantongi EUA sebagai Obat Terapi Covid-19, LE: Alhamdulillah

Ivermectin Kantongi EUA sebagai Obat Terapi Covid-19, LE: Alhamdulillah
Lukman Edy. Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Dewan Pakar Indonesia Maju Institut (IMI) Lukman Edy senang mendengar BPOM telah menerbitkan izin Emergency Use Authorization (EUA) ivermectin sebagai obat terapi Covid-19 bersama tujuh jenis obat terapi lainnya.

"Alhamdulillah juga, ternyata ivermectin diajukan oleh salah satu BUMN Farmasi, yaitu Indofarma yang atas dorongan Menteri BUMN Erick Thohir didorong menjadi produk lokal yang massal, sehingga menjadi obat murah dan mudah dijangkau oleh masyarakat," ucap Lukman.

Sebelum ivermectin sebagai obat terapi Covid-19 dikritik oleh oposisi, kata LE -panggilan Lukman Edy, dia sempat membeli obat itu di apotek dan memberikannya kepada teman-teman yang positif terpapar virus Corona dan sedang isolasi mandiri.

"Alhamdulillah, rata rata atau hampir semuanya setelah lima hari, mereka membaik dan ketika diswab lagi, negatif. Banyak yang minta lagi ke saya, tetapi persediaan ivermectin saya sudah habis. Saya ikhtiar ke apotek, dijawab ditarik oleh distributor dan dirazia oleh BPOM," tutur LE.

Mantan anggota DPR RI itu menilai apa yang dia rasakan sepertinya juga dirasakan oleh Menteri Erick Thohir yang berinisiatif menyurati BPOM untuk minta percepatan keluarnya EUA ivermectin.

"Supaya niat beliau untuk menyediakan obat murah yang bagus bagi masyarakat kebanyakan bisa direalisasikan segera," ujar politikus asal Riau itu.

Mantan Menteri PDT itu menyebut obat terapi Covid-19 sekarang ini mahal sekali, dan pascapengobatan punya dampak yang luas.

Selain itu, kata LE, rata-rata penyintas yang dirawat di RS yang merawat pasien Covid-19 menghabiskan Rp 250 juta ke atas, bahkan ada yang sampai Rp 1 miliar lebih.

Lukman Edy yang juga penyintas Covid-19 berharap produksi massal ivermectin bisa segera terealisasi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News