Jaga Pergerakan Sektor Riil

Pelonggaran Jangan Hanya Pendek

Jaga Pergerakan Sektor Riil
Jaga Pergerakan Sektor Riil
JAKARTA - Upaya untuk melonggarkan likuiditas di sistem perbankan nasional mesti terus dilakukan. Ini agar penyaluran kredit perbankan tak seret. Jika fungsi intermediasi berjalan lancar, muaranya tentu perekonomian nasional makin bergairah.  "Jika likuiditas longgar, pergerakan sektor riil akan semakin mendapatkan ruang," ujar Chief Economist Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa di Jakarta Senin (22/9).

Kekhawatiran soal potensi keringnya likuiditas akan terus berlanjut hingga warsa depan mengemuka seiring disahkannya asumsi makro anggaran negara 2009, di mana inflasi ditetapkan sebesar 6,2 persen. Untuk mencapai besaran inflasi itu, BI dikhawatirkan akan terus menempuh kebijakan moneter ketat, sebagaimana yang dilakukan sejak Mei lalu ketika mereka mulai mengerek suku bunga acuan BI rate untuk menyerap likuiditas di pasar.

Sehingga, BI dikhawatirkan akan kembali memperketat likuiditas untuk menjaga inflasi, meski saat ini BI mencoba memperlonggar likuiditas jangka pendek dengan menebas suku bunga gadai (repo) surat berharga. Purbaya mengatakan, inflasi secara fundamental sebenarnya akan melandai dengan sendirinya setelah harga minyak mencari titik harga keseimbangan baru, yang dipastikan melorot dari level tertinggi minyak tahun ini, USD 147 per barel. "Artinya, harga komoditas dan pangan akan mengikuti. Inflasi akan segera menurun," tuturnya.

Sehingga, sambung dia, kebijakan uang ketat sudah tidak relevan lagi diterapkan. "Saat ini pun sebenarnya suku bunga acuan (BI rate) kelebihan 25 basis poin," ujarnya. BI rate saat ini berada di posisi 9,25 persen. Purbaya mengatakan, BI semestinya beranggapan bahwa likuiditas yang kering sungguh tidak menguntungkan perekonomian.

JAKARTA - Upaya untuk melonggarkan likuiditas di sistem perbankan nasional mesti terus dilakukan. Ini agar penyaluran kredit perbankan tak seret.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News