Jangan Pilih Ketum yang Memperburuk Citra

Jangan Pilih Ketum yang Memperburuk Citra
Setya Novanto. Foto: dok jpnn

jpnn.com - JAKARTA-Para kader Partai Golkar di daerah mengaku kesulitan memberikan dukungannya kepada Setya Novanto (Setnov) untuk jadi ketua umum di Munas mendatang. Pasalnya, ketua Fraksi Partai Golkar DPR RI itu dianggap tidak memenuhi kriteria prestasi, loyalitas, dedikasi, dan tidak tercela (PLDT).  

Politikus senior Partai Golkar Ibrahim Ambong menilai, majunya Setnov, sapaan akrab Setya Novanto, dalam perebutan kursi Ketua Umum Partai Golkar akan sulit mendapat dukungan suara yang besar di Munas April mendatang.

“Saya lihatnya agak berat karena pandangan publik juga kurang bagus terhadap dia (Setnov, red). Di internal Golkar sendiri berkembang berbagai opini yang kurang bagus soal Setnov," ungkapnya kepada wartawan saat dihubungi, Minggu (28/2).

Ibrahim mengingatkan pentingnya para calon ketua umum yang akan bertarung di Munas nanti mempunyai PLDT yaitu, prestasi, loyalitas, dedikasi dan tidak tercela. “PLDT itu yang harus diperhatikan,” tandasnya.

Mantan Dubes RI untuk Chile itu menyatakan, perkara pelanggaran etik Setnov saat menjabat Ketua DPR RI menjadi perhatian luas masyarakat ditambah lagi beredar kabar adanya kasus 'Papa Minta Absen'. Semua itu, sangat buruk bagi partai berlambang beringin. “Pasti akan memperburuk citra Golkar,” tutur Ibrahim.

Analisa senada disampaikan peneliti politik LIPI, Siti Zuhro. Menurutnya, calon ketua umum yang dipromosikan haruslah mereka yang mempunyai rekan jejak bersih dan tidak cacat.  "Jangan sekali-kali mengusung atau mendorong calon-calon yang sudah terstigma negatif oleh masyarakat," kata Zuhro, Minggu (28/2).

Dia mengutarakan, Golkar mesti mempertimbangkan opini publik dalam memilih pemimpin. Apalagi, masih segar dalam ingatan publik bagaimana salah satu calon ketua umum yang mundur sebagai ketua DPR karena tersandung kasus. 

Dari sana, kata Zuhro, publik sudah membaca bagaimana integritas calon tersebut. Padahal, Golkar pada situasi yang rapuh ini membutuhkan sosok pemersatu yang tidak memiliki beban masa lalu. (aen/dil/jpnn)



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News