Jarang Dikunjungi Keluarga, Slamet Bunuh Diri

Jarang Dikunjungi Keluarga, Slamet Bunuh Diri
Ilustrasi Foto: dok.Jawa Pos

Slamet, Krismono melanjutkan, baru keluar dari kamar pukul 13.00. Pada jam tersebut, para napi memang dibiarkan untuk keluar kamar. Dia tinggal di blok 14 kamar nomor 11 bersama dengan tiga puluh napi lain.

Nah, begitu pintu kamar ini dibuka, Slamet langsung keluar sendirian. Dia menuju ke arah masjid. Diduga setelah itu, dia naik ke atas panggung.

Kemudian, sarung yang dibawanya, ditalikan ke atas tiang. Dalam kondisi sepi, dia langsung menjeratkan lehernya dengan sarung. Sehingga, aksi nekatnya tidak diketahui siapa pun. Dia baru diketahui menggantung saat sudah tak bernyawa.

Krismono menjelaskan, dalam keseharian, Slamet dianggap napi yang baik. Dia tidak pernah neko-neko sehingga tidak terkena hukuman tambahan. Demikian juga kondisi kesehatan, tidak pernah bermasalah.

Namun, Krismono menduga, Slamet melakukan aksi nekat ini karena faktor stres. Pasalnya, selama menghuni lapas, dia termasuk napi yang jarang dikunjungi keluarga.

”Selama di sini, paling hanya dikunjungi tiga atau empat kali,” imbuh Krismono.

Terpisah, Kapolsek Blimbing Kompol Gatot Setyawan menyatakan, korban positif melakukan aksi bunuh diri.

”Sebab, lidahnya menjulur. Kelaminnya juga mengeluarkan cairan,” singkatnya. (zuk/c4/lid/sam/jpnn)

MALANG –  Imam Slamet, 47, warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Lowokwaru, Malang, mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News