Jatuh Bangun Mengejar Beasiswa ke Australia

Jatuh Bangun Mengejar Beasiswa ke Australia
Jatuh Bangun Mengejar Beasiswa ke Australia

Ada saja masalahnya, tiba-tiba kuota internet di rumah habis, coba pasang ke pesawat telepon juga sedang tidak bagus koneksinya. Akhirnya bela-belain ke kantor malam itu juga sampai hampir tengah malam, tetapi tidak terkejar waktunya (perbedaan waktu yang saya tidak sadari waktu itu).

Jatuh Bangun Mengejar Beasiswa ke Australia
Endah Yanuarti (dua dari kiri) bersama para penerima beasiswa Endeavour Awards lainnya di Curtin University.

Foto: Istimewa

Anehnya, keinginan saya tetap menggebu dan optimis untuk melamar pada tahun berikutnya dengan berbekal bahan-bahan yang sudah ada di tahun sebelumnya.

O iya, aplikasi ADS saya ditolak dengan sukses dengan alasan kuota PhD hanya 10 persen dari keseluruhan kuota yang 90 persen diperuntukkan bagi mahasiswa Master.

Semangat saya di tahun 2011 cukup tinggi, aplikasi ALA saya kirim sendiri ke Jakarta tetapi aplikasi ADS tetap saya kirim via kantor pos.

Kemudian aplikasi EA saya kerjakan dengan seteliti mungkin, saya baca dan pahami baik-baik sampai semua yang sekiranya memang terkait dengan persyaratan saya scan dan saya kirimkan. Teringat juga saya harus mengejar professor saya sewaktu S2 untuk meminta rekomendasi, sampai menunggu beliau di salah satu hotel di Bandung selama berjam-jam karena beliau mengikuti kegiatan Kemendikbud.

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan, karena semua aplikasi dapat saya submit semua. Tinggal berdoa semoga diberikan yang terbaik bagi saya oleh Tuhan.

Tuhan mendengar doa saya. Datanglah email dari admin ALA bahwa saya ter-short listed dari sekian ratus menjadi 36 kandidat untuk dipanggil wawancara.

Mendapat beasiswa untuk belajar ke luar negeri bukan hal yang gampang. Diperlukan tekad, persiapan, dan berbagai hal lain, seperti yang dialami oleh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News