Jatuh Bangun Mengejar Beasiswa ke Australia

Jatuh Bangun Mengejar Beasiswa ke Australia
Jatuh Bangun Mengejar Beasiswa ke Australia

Senang sekaligus gugup membuat saya bingung apa yang harus dipersiapkan padahal sudah jelas disurat tersebut apa-apa yang menjadi fokus wawancara.

Singkat cerita, saking gugupnya karena menjadi ‘korban’ pertama, saya merasa tidak yakin dengan hasil wawancara tersebut. Akhirnya saya pasrah, apapun yang terjadi saya sudah berusaha.

Dan benar saja, tidak lolos alias ditolak. Kemudian datanglah email dari EA. Berdebar-debar saya buka, voila sampai berkali-kali saya baca, hasilnya sama: “congratulation, you are one of the successful aplicants…” Ya Tuhan.. alhamdulillah..

Setelah saya ‘bangun’, dapat juga ‘jatuh’ bagian kedua. Saya baca kembali surat dari EA dengan teliti karena ada perincian biaya living allowance dan tuition fee.

Wah, saya kaget juga karena tuition fee antara yang diberikan EA dan yang diminta Curtin berbeda. Gap-nya cukup besar menurut saya, sekitar AUD$7000/semester yang memang tidak bisa saya penuhi apabila dari kantong sendiri.

Supervisor saya sudah berusaha meminta keringanan pada pihak universitas dan tidak ada tambahan dari pihak beasiswa.

Kemudian saya diminta mencari universitas yang biaya per semesternya lebih rendah dari Curtin.

Betapa sedihnya saya, serasa patah hati, beasiswa sudah ditangan tapi tidak bisa pergi. Kalau saya nekad, saya bayar pakai apa?

Mendapat beasiswa untuk belajar ke luar negeri bukan hal yang gampang. Diperlukan tekad, persiapan, dan berbagai hal lain, seperti yang dialami oleh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News