Jerman dan Tiongkok Pikir-pikir soal Energi Nuklir

Jerman dan Tiongkok Pikir-pikir soal Energi Nuklir
Jerman dan Tiongkok Pikir-pikir soal Energi Nuklir
WASHINGTON DC - Tragedi PLTN Fukushima pasca gempa dan tsunami Jepang menggugah kesadaran dunia soal nuklir. Jerman yang sudah cukup lama bergelut dengan energi nuklir dan mengabaikan keberatan oposisi, terpaksa menonaktifkan tujuh reaktornya. Tiongkok yang belakangan giat melecut diri untuk menjadi pusat perekonomian dunia pun membekukan seluruh proposal pembangunan reaktornya. Padahal, belakangan, Negeri Panda itu sedang rajin mengembangkan energi nuklir.

Joseph Romm, pakar energi dari Center for American Progress di Washington DC, menganggap langkah antisipatif Jerman dan Tiongkok itu berlebihan. Dalam wawancara dengan Newscientist, dia mengatakan bahwa motivasi Jerman dan Tiongkok tersebut berbau politik. Dua negara itu tidak benar-benar khawatir pada dampak radiasi terhadap rakyatnya. Apalagi, Badan Energi Internasional (IAE) menyatakan bahwa bahan bakar fosil jauh lebih mematikan dari nuklir.

"Tidak perlu diragukan lagi. Tidak ada yang lebih mematikan dari bahan bakar fosil," tandas Romm. Dalam laporan 2002 lalu, IAE menyatakan bahwa insiden yang melibatkan bahan bakar fosil, baik karena alam maupun perbuatan manusia, jauh lebih mematikan dari insiden nuklir. Mulai dari proses pembuatannya sampai gas buangnya, bahan bakar fosil seperti bensin dan batu bara menimbulkan lebih banyak korban jiwa dibanding nuklir.

"Sebenarnya, siklus hiduplah yang mengantarkan manusia pada cedera, penyakit dan kematian," kata Paul Epstein, salah seorang direktur pada Center for Health and the Global Environment di Harvard Medical School. Di Amerika Serikat (AS), tiap tahunnya, bahan bakar fosil menyebabkan kematian sekitar 13.200 orang. Berdasar data Clean Air Task Force yang berkantor di Boston, sebagian besar korban tewas karena polusi.

WASHINGTON DC - Tragedi PLTN Fukushima pasca gempa dan tsunami Jepang menggugah kesadaran dunia soal nuklir. Jerman yang sudah cukup lama bergelut

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News