Jokowi, Biden, dan Elon

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Jokowi, Biden, dan Elon
Presiden Joko Widodo (Jokowi) berdiskusi dengan pendiri Space X, Elon Musk, sekaligus meninjau pabrik yang memproduksi roket di Boca Chica, Amerika Serikat, Sabtu (14/5/2022) waktu setempat. ANTARA/HO-Biro Pers Sekretariat Presiden/Laily Rachev/aa. (Handout Biro Pers Sekretariat Kepresidenan/Laily R)

Ada dua pangkalan militer Amerika di Filipina, yaitu Subic dan Clark yang menjadi pangkalan utama militer Amerika di kawasan Asia-Pasifik. 

Namun, setelah kejatuhan Marcos pada 1986 dan berakhirnya perang dingin pada 1990 dua pangkaan itu ditutup.

Amerika kehilangan pijakan penting di kawasan Asia sejak penutupan itu. 

Apalagi konflik Laut China Selatan selalu menjadi problem strategis yang menjadi ancaman kepentingan Amerika di Asia-Pasifik. 

Jalur Laut China Selatan ibarat tenggorokan bagi Amerika untuk mengakses wilayah Pasifik. 

Kalau China menguasai dan menutup jalur itu maka sama saja artinya dengan mencekik leher Amerika.

Posisi Indonesia dalam persoalan Laut China Selatan selama kepemimpinan Jokowi dianggap lebih condong ke China. 

Jokowi—yang oleh Ben Bland dianggap tidak kompeten dalam pemahaman geopolitik internasional—pernah mengatakan bahwa Laut China Selatan bukan urusan Indonesia. 

Jokowi baru saja berkunjung ke Amerika. Jokowi tidak dijemput tuan rumah Presiden AS Joe Biden menjadi sorotan. Pertemuan dengan Elon Musk juga menjadi bahasan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News