Jokowi dan Myanmar
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Rohingya adalah kelompok minoritas Muslim yang terkonsentrasi di negara bagian Rakhine di Myanmar barat sebelum akhirnya mengungsi masal ke negara tetangga Bangladesh pada 2016-2017.
Kelompok ini meyakini bahwa mereka adalah warga asli wilayah barat Myanmar.
Pemerintah Myanmar mengatakan tidak ada kelompok Rohingya di Myanmar, dan menyebut mereka adalah migran kolonial dan pasca-kolonial dari Bangladesh.
Klaim tersebut menjadi dalih diskriminasi dan persekusi besar-besaran.
Pada Oktober 2015 ditemukan bukti kuat bahwa Rohingya mengalami pemusnahan masal dan tengah berada di tahap akhir genosida.
Laporan aktivis demokrasi internasional menemukan bukti bahwa Rohingya menjadi target kekerasan HAM secara sistematis dan besar-besaran, termasuk pembunuhan, penyiksaan, pemerkosaan dan penahanan sewenang-wenang.
Tentara Myanmar melakukan penghancuran rumah dan desa, perampasan tanah, kerja paksa, penolakan kewarganegaraan, penolakan hak identitas sebagai Rohingya, penolakan akses kesehatan, pendidikan dan pekerjaan, pembatasan kebebasan bergerak, dan kampanye kebencian agama yang didukung negara.
Dalam kasus pembantaian Rohingya ini Aung Saan Suu Kyi dianggap pasif dan malah cenderung membiarkan dan mendukung.
Seruan Presiden Jokowi tidak akan banyak gunanya kalau tidak disertai tindakan yang lebih konkret, misalnya mengucilkan Myanmar dari komunitas ASEAN.
- Eks KSAL Ini Anggap Gibran bin Jokowi Tak Memenuhi Kriteria Jadi Wapres RI
- Roy Suryo Ungkap Ironi Laporan Jokowi, Dilayangkan Saat Hari Keterbukaan Informasi
- Gus Din Apresiasi Jokowi Membuat Laporan ke Polisi Soal Ijazah Palsu
- 5 Berita Terpopuler: Ada Uang Setoran Masuk, Banyak NIP CPNS & PPPK Terbit, Memalukan dan Tidak Elegan
- Polisi Didesak Proses Laporan Jokowi soal Kasus Ijazah Palsu
- Jokowi Lapor Polisi, Roy Suryo: Peneliti Seharusnya Diapresiasi, Bukan Dikriminalisasi