Jokowi Dengarkan Keluhan Penyandang Disabilitas Saat Jajal MRT

jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo kembali menjajal Moda Transportasi Raya atau MRT Jakarta, rute Bundaran HI - Lebak Bulus pada Kamis sore (21/3).
Berbeda dengan sebelumnya, kali ini mantan gubernur DKI Jakarta itu mengajak serta sejumlah penyandang disabilitas, artis dan sejumlah unsur lainnya untuk menaiki transportasi umum dengan jarak tempuh 16 km tersebut.
Pada kesempatan itu, Jokowi menilai secara umum operasional MRT yang masih dalam masa uji coba untuk publik, sudah baik. Hanya saja dia menerima sejumlah keluhan dari para penumpang, terutama dari penyandang disabilitas.
"Secara umum, kita lihat baik. Tetapi tadi kita bersama-bersama dengan kaum disabilitas masih ada komplain jarak antara kereta dan platform masih terlalu lebar, nanti pak dirut akan dibenahi," ungkap Jokowi.
Kemudian, lanjutnya, ada juga keluhan soal tulisan-tulisan informasi pintu kereta maupun di dalam gerbong, kurang besar. Hall itu menurut Jokowi akan dikoreksi oleh pengelola MRT.
Meski demikian, Kepala Negara memastikan bahwa MRT tersebut sudah bisa dioperasikan secara komersial. Rencananya, peresmian akan dilakukan pada Minggu, 24 Maret nanti.
"Siap, siap. Ini kan sudah dicoba lama gitu lho, dicoba penuh juga, tapi itu terserah keputusan manajemen MRT yang berurusan dengan keselamatan dan lain-lain" tandas dia. (fat/jpnn)
Jokowi kembali menjajal Moda Transportasi Raya atau MRT Jakarta, rute Bundaran HI - Lebak Bulus pada Kamis sore (21/3), kali ini bersama penyandang disabilitas, artis dan lainnya.
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam
- Eks KSAL Ini Anggap Gibran bin Jokowi Tak Memenuhi Kriteria Jadi Wapres RI
- Roy Suryo Ungkap Ironi Laporan Jokowi, Dilayangkan Saat Hari Keterbukaan Informasi
- Gus Din Apresiasi Jokowi Membuat Laporan ke Polisi Soal Ijazah Palsu
- 5 Berita Terpopuler: Ada Uang Setoran Masuk, Banyak NIP CPNS & PPPK Terbit, Memalukan dan Tidak Elegan
- Polisi Didesak Proses Laporan Jokowi soal Kasus Ijazah Palsu
- Jokowi Lapor Polisi, Roy Suryo: Peneliti Seharusnya Diapresiasi, Bukan Dikriminalisasi