Jokowi Pilih Gatot akibat Rupiah Anjlok dan Pilkada Berpotensi Rusuh?
jpnn.com - JAKARTA - Keputusan Presiden Joko Widodo memilih Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai calon Panglima TNI dianggap sudah tepat. Alasannya, Gatot yang kini menjadi Kepala Staf TNI AD (KSAD) tidak memiliki beban psikologis dengan partai politik manapun.
Penilaian itu disampaikan Direktur Penelitian Pusat Kajian Trisakti Juliaman Napitu Saragih. Menurutnya, Gatot merupakan tentara profesional.
"Saya pikir pengajuan Gatot oleh Jokowi sudah tepat. Jasa Jokowi-JK (Joko Widodo-Jusuf Kalla, red) tidak terlalu berperan dalam karier Gatot," ujar Juliaman, Rabu (10/6) di Jakarta.
Juliaman menjelaskan, karier Gatot sebagai perwiran tinggi TNI justru lebih banyak di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyno (SBY). Karenanya Juliaman meyakini pilihan Jokowi atas Gatot didasari pada pertimbangan profesional meski banyak wacana menyebut harusnya posisi Panglima TNI kali ini menjadi giliran TNI AU.
Juliaman menduga pilihan Jokowi atas Gatot juga didasari pertimbangan tentang kemungkinan kondisi ekonomi dan politik memburuk jika dolar Amerika Serikat (USD) mencapai Rp 15.000. Selain itu, ada pula potensi rusuh pada pelaksanaan pilkada serentak di 269 daerah tahun ini yang perlu diantisipasi jika Polri tak mampu mengatasinya.
"Jokowi bijak soal ini. Pasti penunjukkan di luar kelaziman ini sudah dihitung untung-ruginya oleh Jokowi,” katanya.(boy/jpnn)
JAKARTA - Keputusan Presiden Joko Widodo memilih Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai calon Panglima TNI dianggap sudah tepat. Alasannya, Gatot yang
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Anggota Densus 88 Diduga Memata-matai Jampidsus Kejagung, ART Minta Pimpinan Polri Bertindak
- Beri Efek Jera, Kemenparekraf Siap Sanksi Wisatawan Mancanegara yang Berulah
- BMKG Keluarkan Peringatan Dini, Pertumbuhan Awan Hujan Meningkat
- FKMPS Membahas Pentingnya Sejarah dalam Menjaga Karakter Bangsa
- 5 Berita Terpopuler: Ratusan Honorer K2 Istimewa Resmi dapat NIP CPNS 2024, Muncul Masalah Baru, Aneh
- Ketua MPR Bamsoet Singgung Potensi Besar Tanah Papua yang Belum Digarap Maksimal