Jualan Keripik Pisang, Masuk ke Ruang Dosen Satu per Satu

Jualan Keripik Pisang, Masuk ke Ruang Dosen Satu per Satu
Pisang. Ilustrasi Foto: Humas DPR

Awal perjalanan usahanya, Arif sempat kesulitan untuk pemasaran karena saat itu respon teman kampusnya tidak begitu baik. Ia harus bekerja keras untuk menyakinkan konsumen dengan rasa dan kualitas produknya.

Tak habis ide, Arif coba memasarkan produknya kepada dosen-dosen di Unja. Dengan mengenyampingkan rasa malu dan sungkan, Arif masuki satu per satu ruangan dosen untuk menawarkan produk keripik pisangnya.

"Pertama itu jual-jual ke dosen, jadi, masuk ke ruang dosen wakil dekan pokoknya, semua itu door to door buat ngenalin krisang. Dijinjing, ditawarin. Alhamdulillahnya ada dosen yang mau beli dan bantu pasarin," imbuhnya.

Setelah produknya cukup dikenal, Arif mulai memasarkan produknya lewat media sosial. “Banyak yang pesan melalui WahtsApp. Minta dibawain lagi besoknya, gitu terus banyak yang minat,” ujarnya.

Teman-teman Arif banyak yang minat produknya dengan kemasan kecil, sehingga ia membuat kemasan kripik pisangnya dengan kemsan Rp 5 ribu, Rp 10 ribu, Rp 20 ribu dan Rp 50 ribu. “Ada empat varian rasa, yakni manis, asin, pedas, dan coklat," akunya.

Arif menyebutkan, usaha tersebut ada masa-masanya, memulai dari bawah mengenalkan produk sampai dengan memasok produknya ke toko-toko adalah sesuatu hal yang harus disyukuri.

“Alhamdulillah, usaha itu kan ada naik turunnya. Sudah dijual ke warung-warung kecil yang jual sembako, ada juga yang di MM Simpang Rimbo, warung oleh-oleh Jambi juga. Sekarang untung per bulan lebih kurang Rp 800 hinggaa Rp 900 ribu. Lebaran kemarin naik dua kali lipat,” ungkapnya.

Setelah setahun lebih usaha kripik pisangnya bergulir, kini Arif sudah mampu membayar uang kuliahnya sendiri, tidak lagi membenani orang tuanya.

Arif Fadhillah merintis usaha keripik pisang dengan label Tri Bunda, kini produknya sudah masuk ke warung-warung.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News