Juru Dengar Jokowi

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Juru Dengar Jokowi
Presiden Joko Widodo (Jokowi). Foto: arsip JPNN.com/Ricardo

Fadjroel yang semasa menjadi aktivis mahasiswa terkenal tangkas dan cakap dalam berargumentasi sekarang lebih sering terlihat gagap dan gagu ketika menjadi jubir presiden.

Ia lebih sering defensif karena lebih sering harus menangkis serangan kepada presiden daripada menjelaskan gagasan-gagasan presiden.

Karena itu ketika jabatan ini lowong publik mempertanyakan apakah perlu diisi atau tidak. Sejumlah nama pun dimunculkan, mulai dari Febri Diansyah, mantan jubir Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sampai Fachri Hamzah, politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang sekarang menyeberang menjadi wakil ketua Partai Gelora.

Saat publik ramai memperbincangkan siapa yang pantas jadi jubir presiden, muncul ide dari Anita Wahid, putri almarhum Gus Dur, agar presiden tidak hanya punya juru bicara tapi juga punya juru dengar.

Almarhum Gus Dur sangat terkenal dengan ide-idenya yang segar meskipun sering terdengar nyeleneh. Rupanya hal itu menurun kepada putri-putrinya. Usulan Anita itu tidak lazim, agak nyeleneh, tetapi cukup segar.

Di seluruh dunia tidak ada presiden yang punya juru dengar. Kalau ide ini diterima Jokowi maka ia menjadi presiden pertama di dunia yang punya juru dengar.

Menurut Anita Wahid, Jokowi tidak hanya membutuhkan jubir, tetapi juga juru dengar. Tujuannya adalah untuk lebih bisa mendengarkan aspirasi dan keluhan rakyat. Juru dengar dibutuhkan supaya benar-benar bisa menyerap aspirasi publik dan melaporkannya kepada presiden.

Juru dengar diperlukan supaya presiden mendapatkan sumber informasi yang independen dan lebih kredibel. Jangan sampai presiden hanya mendengar laporan dari pembantu-pembantunya yang lebih sering ABS (asal bos senang).

Yang ada di sekitar Jokowi sekarang lebih banyak para juru bayar yang bertindak sebagai bandar politik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News