Kabar Menggembirakan Buat Guru Honorer di Akhir Tahun

Kabar Menggembirakan Buat Guru Honorer di Akhir Tahun
Direktur Eksekutif Yayasan KARINA-KWI Dr. Fredy Rante Taruk Pr. (tengah bertopi) Foto: dokumentasi KARINA-KWI

Gandhi mencontohkan, jika ada guru hononer yang pasangannya seorang lurah, pejabat daerah, pengusaha lokal, pasti tidak masuk daftar penerima. Atau jika pasangan seorang guru hononer memiliki usaha kecil menengah (UKM) yang mapan juga tidak masuk daftar.

“Selain guru honorer, kami juga menyaring 200-an lebih sekolah dasar dan menengah pertama di beberapa daerah yang kondisinya parah, sehingga  menghambat kegiatan belajar,” kata Gandhi.

Sejumlah guru honorer di wilayah terpencil amat menaruh harapan pada donasi LG4C.  Beberapa dari mereka sudah pernah menerima bantuan tambahan honor dari Yayasan KARINA-KWI – melalui Komisi Pendidikan KWI. Antara lain, guru-guru SDK Londa Lima, Sumba Timur, serta para guru honor SMA Mediatrix Ambon.

Dari Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, Emanuel Gabriel Kosenti, Guru SDK Yapenthom I Maumere, mengaku jika ada bantuan dari Caritas Indonesia dan Komisi Pendidikan KWI, dirinya akan menggunakan untuk membeli telepon genggam.

Pria yang telah 3,5 tahun menjadi guru honorer Bahasa Indonesia ini mencari tambahan dengan menjadi tukang ojek. “Hasil ojek untuk belanja ikan dan sayur-mayur,” ujarnya.

Emanuel mengaku amat kesulitan melaksanakan pengajaran secara virtual kepada murid-muridnya yang berlokasi jauh dari Kota Maumere karena ketidaaan telepon genggam.

“Sulit sekali menghubungi murid atau orang tua mereka,” ujar Eman.

Menjadi tukang ojek juga menjadi pilihan Arman Ahmad, tenaga honorer SD Santa Theresia  Ternate yang telah bekerja 10  tahun, 9 bulan. 

Hendra mengaku optimistis, donasi bagi para guru honorer prasejahtera masih akan terus mengalir sampai 31 Desember, tanggal penutup program LG4C.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News