Kabul

Momen ketika diplomat dan staf kedubes dievakuasi dari Teheran menjadi momen paling memalukan yang menjadi tonggak kekalahan Amerika.
Sejak itu dendam politik antara kedua negara tidak pernah selesai. Dua negara itu sampai sekarang menasbihkan diri sebagai musuh bebuyutan, tidak pernah ada kompromi.
Dalam kondisi macam apa pun Iran tidak pernah menyerah. Amerika mengisolasi dan memboikot Iran puluhan tahun, Iran bergeming dan tetap melawan.
Kekalahan yang mempermalukan Amerika terjadi lagi pada 1993. Kali ini di Somalia, negara kecil, miskin, dan terbelakang di Afrika. Rezim Muhammad Farah Aidid yang menguasai Somalia gagal mengelola ekonomi sehingga menyebabkan bencana kelaparan yang meluas.
Badan internasional Perserikatan Bangsa Bangsa, PBB, melakukan misi kemanusiaan dengan mengirim bantuan makanan. Pada saat bersamaan, Amerika melakukan operasi militer kemanusiaan dengan mengirim 150 pasukan elite dengan dua pesawat canggih Black Hawk.
Operasi ini direncanakan hanya akan berlangsung selama 30 menit. Namun, ternyata intelijen Amerika salah hitung.
Masyarakat Mogadishu melihat kedatangan pasukan Amerika sebagai provokasi yang mencampuri urusan dalam negeri Somalia.
Tentara Amerika menghadapi perlawanan rakyat. Dalam sebuah serangan kilat dua pesawat Black Hawk yang canggih ditembak jatuh oleh milisi Mogadishu. Pasukan Amerika yang tertangkap oleh massa disiksa dan dibunuh. Beberapa dijadikan sandera.
Masyarakat yang ketakutan oleh kehadiran Taliban memaksa masuk pesawat untuk menyelamatkan diri.
- Bea Cukai Tanjung Priok Fasilitasi Ekspor 10 Ton Galvanize ke Amerika Serikat
- Trump Tegaskan Iran Tak Boleh Memiliki Nuklir untuk Alasan Apa pun, Pelucutan Total!
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Respons Kritik AS soal QRIS, Waka MPR Eddy Soeparno: Terbukti Membantu Pelaku UMKM
- 'Indonesia First’ demi RI yang Berdikari di Tengah Gejolak Dunia
- Inilah Dampak Perang Dagang Tarif Resiprokal AS vs China Bagi Indonesia