Kacamata Las pun jadi Saksi Gerhana Matahari Total

Kacamata Las pun jadi Saksi Gerhana Matahari Total
Gerhana matahari total yang diabadikan dari Tarakan, Kalimantan Utara. FOTO: Radar Tarakan.

jpnn.com - SURABAYA—Berbagai cara dilakukan masyarakat Indonesia, khususnya warga Surabaya, Jawa Timur demi menyaksikan gerhana matahari total. Detik-detik menjelang "siang menjadi malam" pun diwarnai banyak keriuhan kemarin (9/3).

Terutama bagi ribuan masyarakat yang menyaksikan gerhana matahari total di Kenjeran Park. Sebab, banyak di antara mereka yang tidak menyiapkan perlengkapan khusus. Misalnya, kacamata antisinar matahari.

Pengunjung beruntung. Sebab, empat komunitas astronomi hadir di sana. Mereka meminjamkan kacamata kepada warga. Ratusan kacamata berbahan dasar kertas dan black polymer tersebut dibagikan setengah jam menjelang gerhana mulai. Karena jumlah kacamata tidak sebanding dengan jumlah pengunjung, ratusan kacamata itu pun digunakan bergantian. 

Tidak ada fasilitas khusus yang disiapkan pengelola Kenjeran Park untuk melihat gerhana pagi itu. Hanya Surabaya Astronomy Club (SAC) yang menyediakan dua laptop berukuran 14 inci. Sontak, layar tersebut dikelilingi masyarakat. Mereka berdesakan melihat gerhana dari layar laptop.

Beberapa warga tampak memaksakan diri untuk melihat gerhana total yang akan muncul 350 tahun lagi itu. Misalnya, Anton Herlambang, warga Wonocolo, yang menggunakan kacamata las untuk menikmati gerhana yang pada saat itu telah tertutup setengahnya. Padahal, sebelumnya banyak beredar imbauan agar tidak menggunakan kacamata las bila ingin menikmati gerhana. Sebab, hal itu bisa merusak penglihatan. "Mata saya nggak kenapa-kenapa nih," ujar Anton sambil memegang kamera.

Keramaian menyaksikan kebesaran Allah tersebut juga tampak di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya. Masjid agung itu disesaki puluhan ribu warga yang ingin bergabung dalam acara Nonton Bareng (Nobar) Gerhana Matahari dan Salat Kusuf Berjamaah yang diselenggarakan pengurus masjid kemarin (9/3). Mereka sangat antusias menyaksikan fenomena alam langka tersebut, baik dari teropong maupun menara masjid. (jos/tau/ant/c7/end/flo/jpnn)



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News