Kadang Pakaian Berlumpur, Jalan sambil Nyanyi Indonesia Raya

Kadang Pakaian Berlumpur, Jalan sambil Nyanyi Indonesia Raya
Anak-anak Dusun Bergosong,Tawau, Malaysia yangharus berjalan kaki 10 kilometer untuk bersekolah di Sebatik. Foto: RURY JAMIANTO/RADAR TARAKAN/JPNN.com

Kami pun berhenti sejenak. Sembari beristirahat, satu per satu anak-anak itu pun bertutur tentang cita-cita.

”Saya ingin jadi guru. Saya ingin membantu anak-anak yang berada di perbatasan,” kata Ana.

Ana murid berprestasi. Dia langganan juara II di kelasnya. ”Jika besar kelak, saya pasti bisa mengubah kondisi kami. Anak bangsa harus bisa mengenyam pendidikan,” ucap upik (bocah perempuan) 12 tahun itu sambil tersenyum.

Dari Dusun Bergosong, bukan hanya Ana yang berprestasi. Muhammad Nizam, bocah lainnya yang saat ini kelas VI SD, juga juara kelas. Buyung 13 tahun itu juga gemar mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pramuka.

”Saya kalau besar nanti mau menjadi tentara. Karena ingin membahagiakan kedua orang tua dan menjaga wilayah perbatasan ini,” kata Nizam yang disambut tepuk tangan teman-temannya.

Kata Nizam, dirinya sangat sedih tiap kali melihat kedua orang tuanya harus bekerja dari pagi sampai malam. Karena itu, untuk mencapai impiannya, Nizam pun sangat bersungguh-sungguh dalam belajar.

”Ibu pernah berkata, apa yang saya mimpikan harus dilakukan dengan bersungguh-sungguh. Meski sekolah jauh, bukan halangan untuk bisa menempuh pendidikan,” kata Nizam dengan mata berkaca-kaca.

Tak terasa hari kian beranjak sore. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju perhentian terakhir: Bergosong.

Canda tawa terus terdengar. Tujuan akhir anak-anak TKI itu Dusun Bergosong, yang sudah masuk wilayah Tawau, Malaysia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News