Kaisar Sambo

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Kaisar Sambo
Ilustrasi - Irjen Ferdy Sambo. Foto: Ricardo/JPNN.com

Polri sudah menjadi institusi yang powerful dan full power, tetapi Jokowi mengalami kesulitan mengendalikannya.

Setiap institusi yang powerful selalu memunculkan sub-power di dalamnya.

Semasa ABRI sangat berkuasa di era Pak Harto, muncul polarisasi di internal ABRI dengan munculnya jenderal-jenderal yang punya basis ideologi yang berbeda.

Salah satu faksi yang mewakili arus besar di ABRI ketika itu adalah kelompok Jenderal LB Moerdani yang ketika itu menjadi Panglima ABRI. Benny -panggilan kondangnya- adalah seorang perwira intelijen yang punya pengalaman kuat di lapangan.

Leonardus Benyamin Moerdani -nama panjangnya- merupakan seorang Nasrani nasionalistis yang ditugasi oleh Pak Harto untuk mengontrol kekuatan politik Islam supaya tidak menjadi kekuatan yang merongrong rezim Orde Baru. Benny menjalankan tugas itu dengan baik.

Akan tetapi, diam-diam Moerdani juga membangung basis politik sendiri di dalam ABRI. Pengaruhnya makin kuat.

Ia membentuk jaringan tentara-tentara nasionalis yang kemudian dikenal sebagai ABRI Merah Putih. Pak Harto--jenderal yang sangat matang oleh pengalaman dan tajam penciuman politiknya—bisa mengendus manuver Benny.

Pak Harto pun memunculkan faksi baru di ABRI yang lebih berorientasi ke Islam. Muncullah faksi ABRI Hijau yang lebih islamis.

Ferdy Sambo, sang kaisar, disebut memimpin sebuah organisasi besar yang menjadi bayang-bayang Polri. Konon organisasinya lebih powerful dibanding Polri sendiri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News