Kampung Puyut dan Dunia Hitam Lahad Datu
Rabu, 20 Maret 2013 – 09:16 WIB

Kampung Puyut dan Dunia Hitam Lahad Datu
Kopral HB hanya bergaji normal RM 3.000 (sekitar 9 juta). Namun, dia punya banyak rumah, sepeda motor sport, dan tanah di mana-mana. "Dia makan rasuah (suap)," ujarnya.
Tidak semua warga Kampung Puyut berprofesi ilegal. Banyak juga yang mencari nafkah halal seperti pedagang buah dan sayuran. "Kehidupan di sini sebelumnya normal saja. Semua saling menghargai dan memahami," katanya.
Hampir sama dengan Kampung Puyut, di Semporna ada Kampung Simunul. Di kampung itu, berlangsung baku tembak yang menewaskan enam polisi Malaysia. Namun, Kepala Kampung Simunul Ramlee Saraman memastikan bahwa mereka bukan warganya. "Kalau orang Simunul, kami pasti kenal semua," tegasnya Sabtu (9/3).
Ramlee mengaku, yang mendirikan Kampung Simunul adalah orang tuanya. Warga Simunul telah bersepakat untuk membantu polisi jika ada kejadian yang mengganggu keamanan. "Kalau ada pendatang yang gerak-geriknya mencurigakan, kami bisa tangkap. Kalau mereka mengacau keamanan, kami akan hadapi," tegasnya.
"SIAPA ini Utuk?" ujar seorang pemuda gempal di ujung jalan menuju Kampung Puyut, Lahad Datu, sambil menunjuk muka Jawa Pos. Utuk adalah
BERITA TERKAIT
- Berulah di Medsos, Donald Trump Pamer Fotonya Berpose ala Paus Vatikan
- Sekjen PBB Tegaskan Serangan Israel Pelanggaran Terhadap Kedaulatan Suriah
- Uni Eropa Mendesak Israel Segera Cabut Blokade & Buka Akses Bantuan ke Gaza
- Dukung Pernyataan Menlu Sugiono, Wakil Ketua MPR: ICJ Harus Hentikan Kejahatan Israel
- Irlandia Desak Israel segera Buka Blokade ke Gaza
- 2 Mei 1945 dan Kisah Muslim Pahlawan Pengibar Bendera Palu Arit