Kapal Api

Oleh Dahlan Iskan

Kapal Api
Dahlan Iskan.

Waktu tidak sekolah lagi itulah ayahnya khawatir. Sudomo akan keterusan nakalnya. Maka sang ayah memasukkan anaknya ke perusahaan orang lain.

"Saya disuruh kerja di situ. Agar ada yang memarahi saya," ujar Sudomo.

Ia pun bekerja di pabrik vulkansir ban. Di daerah Sidotopo Surabaya.

Tugasnya mengerok ban yang sudah gundul. Pakai tangan. Dengan alat kerok sederhana. "Agar ban yang sudah gundul bisa ditempeli lapisan baru," katanya.

Di pabrik ban itu Sudomo sampai 1,5 tahun. Sampai pabriknya bangkrut. Kalah saingan dengan yang di Wonokromo.

Setelah itu Sudomo konsentrasi penuh di pabrik ayahnya. Sebagai tenaga penasaran yang utama.

Kini Kapal Api punya dua pabrik besar. Satu dekat Surabaya. Yang awalnya hanya 1 ha kini menjadi 12 ha. Satunya lagi di dekat Jakarta. Seluas 15 ha. Masih sedang membangun pabrik ketiga: di Semarang. Seluas 20 ha. 

Dan ada pula pabrik keempat. Di Xiaoxing. Tidak jauh dari Shanghai. Di sana kopi yang akan dipasarkan nanti mereknya juga kapal api.

Sebuah kisah sukses yang panjang. Kapal Api awalnya hanya dari usaha rumah tangga. Yang dirintis ayah Sudomo. Di depan rumahnya di Jalan Panggung gang 9 Surabaya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News