Karni Ilyas

Oleh Dahlan Iskan

Karni Ilyas
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Bahkan seumur hidupnya baru sekali ia ganti rokok: dari Dji Sam Soe ke Gudang Garam. Sampai sekarang.

Baca Juga:

Karena itu ia paling suka mengutip humornya perokok berat lainnya: Mendikbud Prof Dr Fuad Hasan. Fuad sering bercanda: "Tidak ada orang yang sedang merokok meninggal dunia".

Saya pernah mendengarnya sendiri. Ketika sama-sama menjadi anggota MPR. "Lihatlah," sambungnya, "betapa banyak orang yang meninggal ketika sedang olahraga."

Rokok itulah yang membuat suara Karni Ilyas parau dan serak –seperti yang sangat Anda kenal itu. Yang kini justru menjadi ciri khasnya. Dan menjadi kekuatannya.

Kekuatan suaranya itulah yang dulu menjadi kelemahannya. Hampir saja ia gagal menjadi 'manusia TV' akibat keparauan suaranya itu.

"Mana mungkin dengan suara seperti itu bisa sukses di TV". Begitulah para produser TV berpendapat kala itu. Ketika untuk kali pertama Karni pindah dari dunia media cetak ke dunia TV.

Sejak saya kenal Karni, ya sudah merokok itu. Yakni ketika kami sama-sama menjadi wartawan TEMPO. Karni lantas menjadi redaktur hukum yang terkenal.

Ia tidak menjadi wartawan hukum biasa –yang hanya melaporkan peristiwa hukum. Ia juga menjadi ilmuwan hukum.

Karni Ilyas akan tetap bisa eksis. Fisik boleh dikurung, tetapi ide tak akan bisa dimatikan. Hilangnya ILC dari tv makin memperkuat tesis bahwa TV tidak akan berumur panjang lagi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News