Kawasan Eks Dolly jadi Kampung Telur Asin

Kawasan Eks Dolly jadi Kampung Telur Asin
FOTO : Jawa Pos
Sebenarnya botok telur asin dan geprek telur asin hanya produk turunan. Awalnya, kampung tersebut dikenal sebagai pemroduksi telur asin. Ciri khas itu sudah diketahui sebagian besar masyarakat Sawahan. 

Usaha pembuatan telur asin dikembangkan warga setelah mendapat pendampingan dari pemkot. Warga membeli telur bebek, lalu memproses dan menjualnya. Kegiatan tersebut berlangsung dari tahun ke tahun. 

Selama proses produksi, ada kendala yang dihadapi. Banyak telur asin yang tidak bisa dijual karena retak. Akibatnya, ada kerugian di setiap produksi dan warga sendiri yang menanggungnya. 

Seiring dengan berjalan waktu, pemkot bersama tim yang menangani kawasan terdampak penutupan Dolly berusaha mencari jalan keluar. Tidak semua telur yang retak itu rusak. Masih ada yang bisa difungsikan. 

Kemudian, tim tersebut mengajak warga untuk membuat produk turunan. Pelatihan pun digelar. Ada beberapa jenis produk yang dihasilkan. Semua berbahan dasar telur asin. ''Produk turunan itulah yang sekarang dikembangkan,'' ucapnya. 

Warga juga mendapat masukan dari mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang mengadakan kegiatan di kampung tersebut. Mereka memunculkan produk salto yang cukup dikenal. 

Setelah produk jadi, ada pekerjaan rumah yang masih harus diselesaikan. Yakni, memperluas pemasaran. Warga bersama tim Dolly Saiki Point pun membuat terobosan baru. Dulu warga menunggu pembeli. Konsep itu kini diubah. ''Warga harus jemput bola,'' ucap Luthfi Nur Zaman, relawan dari Dolly Saiki Point. 

Selain itu, Luthfi mengupayakan pinjaman modal. Nilainya tak banyak. Yang penting bisa memicu warga untuk mengembangkan usaha tersebut. Terbukti, dari modal itu, warga bisa bangkit serta berkarya hingga sekarang. 

Setelah produk jadi, ada pekerjaan rumah yang masih harus diselesaikan. Yakni, memperluas pemasaran.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News