Keberanian Melotot

Oleh Dahlan Iskan

Keberanian Melotot
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Waktu saya berhari-hari berada di Taiwan akhir tahun lalu pertanda-pertanda seperti itu terlihat dengan nyata. Malam itu saya berada di tengah-tengah massa kampanye terakhir capres incumbent Tsai Ing-wen.

Begitu banyak aktivis Hong Kong yang berada di arena kampanye itu. Dengan terang-terangan. Dengan spanduk-spanduk gerakan Hong Kong merdeka.

Mereka berbaur dengan massa paling keras di Taiwan. Yang sejak lama menuntut agar Taiwan merdeka. Untuk selanjutnya merebut kembali Tiongkok dari kekuasaan komunis.

Kini Tiongkok sudah in action di Hong Kong. Diabaikannya apa pun reaksi dunia. Pun reaksi di Hong Kong sendiri.

Tiongkok sudah punya pengalaman yang lebih pahit dari itu: Tian An Men. Di tahun 1989.

Hari itu digelar demo pro-demokrasi di Beijing. Yang terbesar dalam sejarah gerakan pro-demokrasi.

Kian hari demo itu kian besar. Di hari ke-20, 4 Juni 1989, pedemo berhasil menguasai jalan raya terlebar dan terpenting di Beijing: Jalan Chang An Jie. Lebarnya 18 lajur. Letaknya di antara Forbiden City dan lapangan Tian An Men.

Besarnya massa sampai memenuhi lapangan luas itu. Sampai ke mausoleum mayat Mao Zedong di timur lapangan.

Tiongkok sekarang negara kaya. Superpower. Ketika dimarahi ia kembali memarahi. Ketika dipelototi ia membalas melotot

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News