Kebiasaan Buruk, Menutupi Kejantanan dengan Pembalut

Kebiasaan Buruk, Menutupi Kejantanan dengan Pembalut
Kebiasaan Buruk, Menutupi Kejantanan dengan Pembalut. Ilustrasi Fajar/Radar Surabaya/JPNN.com

Keduanya baru menikah lima tahun lalu. Dengan kondisi itu, arsitek di perusahaan properti ternama di Surabaya itu mau menikahi sang istri yang dulunya adalah anak magang di perusahaannya.

”Kayak pakai cawet gitu. Saya pakai saja,” jelasnya.

Menurut pria yang tinggal di kawasan Rungkut itu, ia merasakan makin percaya diri bila memakai pembalut.

Hal itu bermula ketika ia masih SMA. Ia malu karena kalau pakai celana masih kelihatan bentuk senjatanya.

”Maaf ya, kejantanan tertutupi kalau pakai pembalut. Biasanya orang laki kan kelihatan gondal­gandul, tapi kalau pakai pembalut tidak kelihatan,” jelasnya.

Dari situlah, ia terbiasa pakai pembalut sampai akhirnya bekerja.

”Beberapa kali pernah tidak pakai, tapi lemes. Enggak pedelah. Kalau pakai pembalut pede, makanya saya lanjutkan,” jelasnya.

Dulunya, sang istri tidak protes, namun lambat laun protes dan memintanya untuk tidak memakainya lagi.

Sejak SMA, Donjuan, 38, yakin bila dirinya makin bersemangat baik belajar maupun bekerja ketika memakai pembalut wanita.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News