Kebuntuan Koalisi karena Faktor Ayah Terlalu Sayang Anak

Kebuntuan Koalisi karena Faktor Ayah Terlalu Sayang Anak
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (paling kanan) bersama Puan Maharani (tengah) dan Prananda Prabowo. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi sependapat dengan Ketua Umum Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF) Yusuf Muhammad Martak, yang meminta Susilo Bambang Yudhoyono meneladani sikap Megawati Soekarnoputri.

Yusuf pada Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional yang digelar di Jakarta, Sabtu (28/7) mengatakan, Mega tidak memaksakan putrinya Puan Maharani maju di Pilpres 2019 meski PDIP merupakan partai pemenang pemilu.

Yusuf berharap langkah tersebut juga dicontoh oleh SBY yang terkesan terlalu berambisi memaksakan putranya Agus Harimurti Yudhyono 'harga mati' harus menjadi cawapres.

"Saya sependapat dengan pendapat Ketua Umum GNPF Yusuf Muhammad Martak. Saya kira, kalau AHY dipaksakan menjadi cawapres, menjadikan SBY dan Demokrat blunder," ujar Ari di Jakarta.

Menurut pengajar di Universitas Indonesia ini, SBY tidak realistis menawarkan AHY harus menjadi calon RI-2. Karena bakal menimbulkan resistensi saat penjajakan dan penawaran ke kedua kubu.

"Kubu koalisi pendukung pemerintah tentu menghormati kesepakatan mendukung Jokowi sejak awal. Apalagi Demokrat baru akan menjadi bagian koalisi Jokowi," ucapnya.

Sementara di kubu oposisi, Ari memprediksi tawaran SBY bakal ditentang PKS dan PAN. Karena kedua partai bersama Gerindra sudah lama menyiapkan calon pendamping untuk Prabowo.

"Andai saya jadi SBY, misalnya ada tawaran menteri untuk AHY dari Jokowi akan saya terima, daripada AHY batal jadi cawapres di kubu Prabowo," katanya.

SBY disarankan mencontoh Megawati yang meski ketum partai pemenang pemilu, tidak memaksakan Puan Maharani jadi cawapres.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News