Kecaman Kosong Saudi untuk Donald Trump

Kecaman Kosong Saudi untuk Donald Trump
Donald Trump dan Raja Salman. Foto: AFP

’’Jika saja pejabat Saudi, termasuk putra mahkota, benar-benar khawatir dengan status Yerusalem, mereka bakal menggunakan status istimewanya sebagai sekutu AS dan melobi untuk menghentikan langkah (Trump) itu,’’ tegas Hamid sebagaimana dilansir kantor berita Reuters kemarin (9/12).

Trump tidak akan melanjutkan tindakannya jika saja Saudi mengambil sikap tegas tentang batasan mana yang boleh dan tidak terkait konflik Israel-Palestina.

Saat Trump memproklamasikan Yerusalem sebagai ibu kota Israel, dunia mengecam. Saudi juga mengeluarkan kecaman. Tapi, di belakang panggung, negara penjaga dua situs suci umat muslim itu malah mendukung proposal perdamaian AS yang menguntungkan Israel.

New York Times melaporkan, dalam pertemuan dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Riyadh November lalu, Saudi malah menawarkan Abu Dis sebagai ibu kota Palestina. Abu Dis hanyalah kota kecil di pinggiran Yerusalem. Palestina juga ditawari kekuasaan parsial di Tepi Barat.

Keinginan Palestina menjadikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara bukanlah perjuangan yang baru dilakukan, tapi Saudi sepertinya mengabaikan hal tersebut.

Mereka seakan rela wilayah yang di dalamnya terdapat Masjidilaqsa itu jatuh ke tangan Israel. Padahal, dunia mengakui pendudukan Israel di Yerusalem Timur tidak sah.

Beberapa pejabat Palestina juga mengungkapkan, selama beberapa pekan sebelum pernyataan Trump, Saudi malah mendesak Palestina untuk menerima tawaran perdamaian yang digagas AS.

Tawaran itu tentu saja sangat merugikan Palestina. Sejak Trump menjabat, hubungan AS-Saudi memang kian erat karena sama-sama memusuhi Iran.

Pidato Presiden AS Donald Trump Rabu lalu (6/12) menyulut kemarahan banyak negara. Tapi, ada juga yang adem ayem. Salah satunya Arab Saudi

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News