Kejayaan Apel Malang Sudah Menjadi Cerita Masa Lalu

Kejayaan Apel Malang Sudah Menjadi Cerita Masa Lalu
Apel Malang. Foto: Rubianto/Radar Malang/JPNN.com

”Jadi diperlukan penyemprotan secara sistemik, atau akan lebih baik dilakukan saat matahari belum terbit sehingga lebih maksinal,” ungkap pria asal Sumbergondo ini.

Selain kutu sisik, yang menjadi perusak tanaman apel adalah penyakit embun tepung dan marsonena.

Untuk menangani agar apel tidak hilang dari tanah Batu, beberapa langkah pun dilakukan. Yayat menyebutkan, revitalisasi tanah terus dilakukan secara bertahap saat ini.

”Kami sudah mulai melakukan revitalisasi itu sejak 2012, 2013, 2014, dan ada kembali tahun ini (2017),” kata dia.

Tahun ini sebanyak 7 hektare lahan di Batu diperbaiki kembali atau dikembalikan unsur haranya. Dan, 7 hektare itu ada di Desa Sumbergondo dua hektare, dan Tulungrejo, Bulukerto, Punten, Bumiaji, dan Giripurno.

Ketua Petani Bangkit Kota Batu Winardi menyebut, penyebab menurunnya pohon apel cukup beragam.

Mulai dari suhu yang semakin panas, harga pemeliharaan yang tinggi. Selain itu, banyak tanaman apel yang mati karena sudah tua.

”Sekarang pohon apel hanya ada di bagian atas (Bumiaji),” kata pria yang juga ketua Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Mitra Sejati, Desa Pandanrejo, itu.

Julukan Malang sebagai Kota Apel mulai redup. Kini para petani apel mulai beralih menanam pohon jeruk, dipicup perubahan cuaca dan gempuran apel impor.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News