Keluarga Tragedi 65 Ikrar Akhiri Konflik

Keluarga Tragedi 65 Ikrar Akhiri Konflik
Keluarga Tragedi 65 Ikrar Akhiri Konflik
JAKARTA - Tragedi kemanusiaan tahun 1965 merupakan salah satu sejarah kelam Republik Indonesia. Para korban dan pelaku pemberontakan era revolusi itu hingga kini masih memiliki garis keluarga. Dalam forum silaturahmi nasional yang diinisiasi MPR RI kemarin (1/10), para keluarga korban dan keluarga pelaku berikrar sepakat untuk mengakhiri konflik diantara mereka.

 

Puluhan keluarga korban dan keluarga pelaku peristiwa sejarah Indonesia berkumpul di gedung Nusantara IV MPR, Jumat (1/10). Diantaranya yang hadir, Putri Mayjen TNI (anumerta) DI Pandjaitan, Catherine Panjaitan; putra almarhum Ketua Central Comittee (CC) PKI DN Aidit, Ilham Aidit; putra Imam Besar DI/NII Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, Sarjono Kartosuwiryo; putri Jenderal TNI (anumerta) Ahmad Yani, Amelia Ahmad Yani; putra mantan KASAU Marsekal (purnawirawan) Omar Dani, Perry Omar Dani; dan putri almarhum Wakil Ketua CC PKI Nyoto, Svetlana Nyoto. Mereka selama ini telah tergabung dalam Forum Silaturahmi Anak Bangsa (FSAB).

"Ikrar kami, berhenti mewariskan konflik, dan tidak akan membuat konflik baru," kata Amelia Yani selaku ketua panitia silaturahmi nasional kemarin. Ketua MPR Taufik Kiemas, Ketua DPR Marzuki Alie,Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saifuddin, Wakil Ketua MPR Ahmad Farhan Hamid, dan Ketua DPD Irman Gusman juga hadir dalam silaturahmi nasional itu.

 

Menurut Amelia, FSAB menjadi bukti bahwa tidak ada lagi pertentangan antara keluarga korban dengan keluarga para pelaku. Sejak tahun 2003 lalu, FSAB terus berusaha mengumpulkan para keluarga korban dan keluarga pelaku berbagai sejarah Indonesia. "Kami ingin menunjukkan bahwa tidak ada lagi permusuhan, semua ingin menatap ke depan," ujarnya.

 

JAKARTA - Tragedi kemanusiaan tahun 1965 merupakan salah satu sejarah kelam Republik Indonesia. Para korban dan pelaku pemberontakan era revolusi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News