Kemarin tak Ada Upacara Pergantian Pasukan Jaga Istana, Ini Alasannya
Dia datang bersama istri dan putranya untuk mengabadikan prosesi tersebut. ”Yang kami tahu pekan kedua tiap bulan. Tapi kok ini tidak ada. Ya sedikit kecewa sih,” ucap dia.
Sebagai gantinya, dia mengajak putranya untuk berfoto-foto di seberang jalan Istana Merdeka. Mereka pun sempat melihat ada pergantian penjaga pos sekitar pukul 08.15 dan mengabadikannya.
Nugroho tidak yakin kalau tidak adanya upacara itu karena ada rencana serangan teror bom.
”Kita tidak boleh takut dengan teror. Kalau takut berarti kita kalah. Tapi ya harus waspada,” ujar pekerja swasta di bidang perbankan itu.
Terpisah, Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid menuturkan, aksi radikalisme di Indonesia berawal dari pemahaman yang keliru terhadap makna berjihad.
Orang-orang yang berpotensi menjadi radikal atau teroris, memaknai kegiatan berjihad itu ikut berjihad bersama mujahidin di Suriah. Kalau tidak bisa ke Suriah, berjihad di negeri sendiri.
’’Ini menjadi masalah bersama,’’ katanya di kantor LIPI akhir pekan lalu. Secara khusus Yenny bahkan menyebutkan daerah dengan intoleransi tinggi adalah Bekasi dan Bogor.
Hasil survei Wahid Institute menyebutkan, sebanyak 72 persen orang muslim Indonesia menolak berbuat radikal.
JAKARTA - Pascamunculnya ancaman bom yang menarget Istana Negara, kemarin tidak terlihat ada upacara pergantian personel Paspampres yang menjaga
- Maju Pemilihan Ketum PMII, Adlin Pandjaitan Bawa Visi tentang Arah Baru
- Tersangka Pengeroyokan Bos Rental Mobil di Pati Ternyata Sempat Sembunyi di Lokasi Ini
- Lemkapi Nilai Pernyataan Mahfud Menyesatkan soal Kapolri Enggan Seforum dengan Jaksa Agung
- Amankan Listrik di Momen Iduladha, PLN Tetapkan Masa Siaga 3 Hari
- 5 Berita Terpopuler: Pendaftaran CPNS 2024 Gelombang I Ditutup, 136 Ribuan Formasi Kosong, Maklumi Saja ya
- Tangkap Residivis Teroris, Densus 88 Temukan Barang Bukti Ini