Kematian George Floyd Guncang Amerika, Apa Kabar Virus Corona?

jpnn.com, MINNESOTA - Kematian George Floyd membuat sebagian warga Amerika Serikat mengabaikan ancaman wabah virus corona. Tanpa menerapkan social distancing atau pembatasan lainnya, mereka turun ke jalan untuk memprotes pembunuhan pria kulit hitam itu oleh polisi.
Amerika Serikat adalah negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak di dunia. Setiap hari puluhan ribuan orang di negara itu terdeteksi positif corona.
Hingga kemarin, Sabtu (30/6), demonstrasi berlangsung di setidaknya 30 kota. Jumlah pesertanya dari ratusan hingga puluhan ribu. Di beberapa kota, aksi protes berbuntut kerusuhan dan penjarahan.
Gubernur Minnesota Tim Walz mengaku pasrah melihat berkumpulnya massa dalam jumlah besar. Menurut dia, ketika situasi sudah seperti ini, maka penularan virus corona tak terhindarkan lagi.
"Yang saya sangat khawatirkan akan ada super spreader," ujar dia seperti dilansir CNN.
"Pasti akan ada lonjakan kasus. Itu tidak bisa dihindari," tambah dia.
Seperti diketahui, George Floyd adalah pria kulit hitam yang tewas akibat lehernya ditindih seorang polisi kulit putih di Minnesota pada 25 Maret lalu.
Polisi yang melakukan aksi brutal tersebut telah dipecat dan kini terancam dipidana. Meski begitu, demonstran belum puas. Mereka menuntut tiga polisi lain yang hadir saat Floyd disiksa untuk dipidana juga. (CNN/dil/jpnn)
Kematian George Floyd membuat sebagian warga Amerika Serikat mengabaikan ancaman wabah virus corona
Redaktur & Reporter : Adil
- Mahasiswa Merusuh saat May Day, Buruh Demak Dukung Polisi Bertindak
- Tersangka Kerusuhan May Day Semarang Terancam 7 Tahun Penjara
- Polisi Ungkap 6 Tersangka di Balik Kerusuhan May Day Semarang
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Respons Kritik AS soal QRIS, Waka MPR Eddy Soeparno: Terbukti Membantu Pelaku UMKM
- 'Indonesia First’ demi RI yang Berdikari di Tengah Gejolak Dunia