Kemenristekdikti Kucurkan Rp 10 M ke Petani Kopra dan Nilam

Kemenristekdikti Kucurkan Rp 10 M ke Petani Kopra dan Nilam
Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti Jumain Appe diapit Bupati Minsel Tetty Paruntu dan Bupati Aceh Jaya Tengku Irfan. Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA -  

JAKARTA--Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) akan menggelontorkan dana Rp 10 miliar untuk mengangkat kehidupan petani kopra dan nilam. Anggaran ini menurut Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti Jumain Appe, hanya untuk teknologi. Selebihnya, pemerintah daerah diharapkan berkolaborasi dengan dunia usaha dan industri serta perguruan tinggi.

"Pengembangan inovasi dimaksudkan untuk memberikan nilai tambah kepada petani. Percuma kalau PAD (pendapatan asli daerah) meningkat tapi kehidupan petani jauh di bawah sejahtera," ujar Jumain saat membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Pengembangan Klaster Inovasi Nilam Aceh dan Kelapa Minahasa Selatan (Minsel) di Jakarta, Senin (10/9).

Jumain menyampaikan Klaster Inovasi (Klasinov) Nilam Aceh dan Kelapa Minsel dibuat untuk mendorong peningkatan ekonomi sebuah kawasan. Klaster Inovasi akan mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan kerja sama dalam berbagai aspek industri dan kewilayahan.

“Klaster inovasi nilam Aceh dan kelapa Minsel merupakan sebuah model pendekatan untuk peningkatan ekonomi rakyat, mendorong kolaborasi dan sinergi pelaku inovasi khususnya untuk kedua daerah tersebut. Kami mendukung perguruan tinggi, pemda, dunia usaha dan masyarakat untuk bersinergi membangun kembali kejayaan nilam Aceh dan kelapa Minsel. Perguruan Tinggi bisa berperan sebagai pusat keunggulan (center of excellent) dalam menghasilkan teknologi yang diperlukan oleh masyarakat," beber Jumain.

Dia mencontohkan petani kopra di Minsel yang saat ini hidup dalam ketidakpastian karena anjloknya harga kopra. Biasanya Rp 10.300 per kilogram, dua bulan ini jatuh ke harga Rp 6.400. Masalah petani kopra ini bisa diatasi bila ada inovasi. Petani jangan hanya menghasilkan satu produk kelapa tapi lainnya seperti arang aktif, VCO, natadecoco, dan lain-lain.

Begitu juga dengan petani nilam di Aceh. Bila biasanya harga nilam Rp 500 ribu dengan teknologi harganya bisa Rp 5 juta. Bahkan kalau sudah diolah menjadi bahan dasar parfum/kosmetika bisa mencapai puluhan juta harganya.

"Intinya untuk mengangkat produk lokal, kami menggandeng Pemda, dunia usaha, industri, dan perguruan tinggi. Namun, pemda lah yang harus lebih aktif karena paling tahu apa potensinya," tandasnya. (esy/jpnn)


Dalam upaya mengangkat kehidupan petani kopra dan nilam, pemda diharapkan berkolaborasi dengan dunia usaha dan industri serta perguruan tinggi.


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News