Kementan Dorong Tanggamus Bangun Kemitraan Hortikultura

Kementan Dorong Tanggamus Bangun Kemitraan Hortikultura
Kemitraan petani di Tanggamus dengan perusahaan pendukung. Foto: Humas Kementan

"Sekarang ini terdapat 5 kelompok tani yang tergabung. Sampai Agustus 180 orang dan Desember sudah terdapat anggota sebanyak 210 orang. Itu baru pisang mas. Syarat keanggotan juga lahan berada di ketinggian 400 m dpl - 700 m dpl," lanjutnya.

Skema kerja sama dilakukan antara perusahaan dan koperasi. Petani menjual produk kepada koperasi. Koperasi inilah yang menjual ke perusahaan. Harga pisang didapatkan dari harga yang ditetapkan koperasi. Guna mengikat dan memastikan pasokan, perusahaan-lah yang memberikan bibit kepada petani. "Bibitnya merupakan properti perusahaan untuk dipakai petani sebagai pengikat kerja sama. Jadi ada kepastian tanam, panen dan kualitas,' tuturnya.

Disinggung mengenai harga, dirinya menjelaskan bahwa koperasi membeli pisang seharga Rp 2000 - 2500 per kg. Untuk produk ekspor, koperasi menerapkan harga Rp 7000 per kg. Pisang grade A Rp 6500 per kg, Pisang grade B dipatok harga Rp 4500 dan 3500 untuk grade C.

Petani Tanggamus diuntungkan dengan skema kerjasama berbentuk korporasi ini. Selain kepastian harga, petani juga dibina dalam hal budidaya. "Awal 2013 di sini sudah ada pepaya kuning dan jambu bangkok hingga jadi pisang mas tanggamus. Lalu kami ngobrol dengan GGP bahwa kerja samanya harga tidak turun. Pembinaan juga tiap hari. Pembinaan kontinyu, petani ditemui satu per satu. Sambil ngobrol sambil kerja," ujar Sholeh selaku ketua koperasi tani Hijau Makmur.

Sholeh bercerita, koperasi terbentuk tahun 2017. Petani nyaman dan senang melakukan transaksi melalui koperasi. Petani juga mendapat dukungan dari dinas pertanian setempat untuk fasilitasi pupuk dan sarana pertanian.

Ketua Kelompok Tani Tani Hijau Makmur Mudjianto menyampaikan bahwa usaha tani yang dilakukan bersama anggota kelompoknya merupakan sinergi kemitraan dengan PT Great Giant Pinneapple. Perusahaan itu merupakan salah satu perusahaan yang telah sukses mengantarkan jenis pisang Cavendish memasuki pasar di empat negara sejak beberapa tahun silam.

Dari data ekspor menunjukkan tren peningkatan, tercatat pada 2017 volume ekspor pisang Cavendish asal Provinsi Lampung berjumlah 14.757 ton dan kuartal pertama 2018 berjumlah 5.581 ton.

Kepala Bagian Perencanaan Ditjen Hortikultura Widodo Heru memastikan bahwa pemerintah siap membantu petani di Tanggamus. Kebutuhan pupuk dan sarana produksi bisa diajukan melalui dinas setempat. Dirinya juga berharap kebutuhan lokal pisang bisa dipenuhi dari dalam negeri.

Pola kemitraan dijalin dengan perusahaan dan petani atau koperasi mengedepankan unsur keuntungan kedua belah pihak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News