Kementan Serius Mengendalikan Lalat Buah Salak untuk Ekspor

Kementan Serius Mengendalikan Lalat Buah Salak untuk Ekspor
Hasil panen salak. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, BANJARNEGARA - Salak merupakan komoditas asli Indonesia dan mempunyai prospek yang cukup baik untuk pasar lokal maupun luar negeri. Pada tahun 2017 luas panen salak adalah 22.514 hektar dengan volume produksi 953.845 ton dengan rata produktivitas 21,8 kg perpohon. Daerah sentra produksi salak antara lain di Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali dan Sumatera Utara. Salak Pondoh dari Sleman dan Magelang sangat terkenal baik di pasar lokal dan ekspor.

Demikian juga Kabupaten Banjarnegara, merupakan sentra produksi salak di Jawa Tengah dengan area luas panen 8.888 hektar. Tidak kurang dari 30.000 Kepala Keluarga (KK) penghasilannya bergantung dari salak, untuk biaya hidup serta pendidikan anak-anaknya. Dalam upaya peningkatan produksi baik kualitas maupun kuantitas, serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yaitu lalat buah yang berdampak menurunnya pendapatan petani diatasi dengan gerak cepat, serentak dan intensif.

Kementerian Pertanian dengan serius dan cepat turun tangan untuk mengatasi hal tersebut. Direktur Perlindungan Hortikultura, Direktorat Jenderal Hortikultura, Wijayanti Yusuf, turun langsung ke lapangan untuk melakukan sosialisasi penanganan lalat buah pada salak.

Sosialisasi dilakukan kepada kelompok tani dan pengepul/pedagang Salak di Desa Gunung Giana, Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara (24/8).

Dalam sosialisasi pengendalian lalat buah, Sri Wijayanti Yusuf mengatakan keberhasilan pengendalian lalat buah dapat dicapai apabila dilakukan secara serentak dalam areal yang luas dan berkesinambungan serta melibatkan instansi terkait.

Beberapa teknologi pengendalian lalat buah yang sederhana dan mudah diterapkan oleh petani antara lain pemerangkapan dengan zat penarik/atraktan, sanitasi buah busuk oleh lalat buah kemudian pemusnahan (bisa dengan cara Mengubur, Membakar, Membungkus dan Merebus (disingkat 4M), memanfaatkan musuh alami yang ada serta konservasi musuh alami dengan menanam refugia sebagai tempat hidup parasitoid, serta melakukan sanitasi kebun secara intensif.

“Kementan memberikan Bantuan sarana pengendalian lalat buah sebagai stimulant bagi petani dalam pelaksanaan pengendalian lalat buah di lahan usaha taninya,” ujarnya.

“Mari kita bersama sama kembalikan kuantitas dan kualitas produksi salak Banjarnegara sehingga ekspor naik dan kesejahteraan petani salak meningkat,” ajaknya.

Kementerian Pertanian dengan serius dan cepat turun tangan untuk mengatasi serangan OPT, yakni lalat buah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News