Kepemimpinan Kontingensi Gibran Menavigasi Dinamika Tantangan Era Modern

Oleh: Qiqi Romadhon

Kepemimpinan Kontingensi Gibran Menavigasi Dinamika Tantangan Era Modern
Anggota Ikatan Pelajar Muhammadiyah Lamongan Qiqi Romadhon. Foto: dok pribadi for JPNN

Hubungan yang dibangun oleh Gibran dengan warga Kota Solo mencerminkan pemahaman akan hubungan pemimpin-bawahan, sementara tanggapannya terhadap berbagai tugas dan tanggung jawab terstruktur menunjukkan fleksibilitasnya dalam mengelola kota.

Meskipun demikian, perlu diingat bahwa Teori Kepemimpinan Kontingensi menekankan bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan yang cocok untuk semua situasi.

Oleh karena itu, evaluasi terhadap kepemimpinan Gibran perlu mempertimbangkan sejauh mana pendekatannya dapat disesuaikan dengan faktor-faktor kontingensi yang beragam, mencakup dinamika masyarakat dan tugas-tugas administratif kota.

Sebagai pemimpin muda, kemampuan adaptasi dan responsibilitas terhadap perubahan dalam lingkungan sekitar menjadi aspek penting dalam mengukur efektivitas kepemimpinannya.

Tokoh Pendidikan nasional di Indonesia yakni Ki Hajar Dewantara juga termasuk melahirkan teori kepemimpinan dalam kategori kontigensi.

Ajaran trilokanya yang terdiri dari frase "Ing ngarso sing tulodo, ing madyo mangun karso, tutwuri handayani" mencerminkan nilai-nilai etika dan tugas seorang pemimpin dalam berbagai konteks.

Frase tersebut dapat diartikan sebagai petunjuk bahwa seorang pemimpin harus memiliki keterampilan untuk bertindak sesuai dengan situasi yang dihadapi.

Penulis Adalah Anggota Ikatan Pelajar Muhammadiyah Lamongan

Jangan Lewatkan Video Terbaru:

Jika dilihat dari teori kepemimpinan kontigensi, kepemimpinan Gibran Rakabuming Raka dalam pemerintahan Kota Solo mencerminkan kemampuannya untuk beradaptasi


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News