Kepuasan Publik Tinggi, Elektabilitas Jokowi tak Tertandingi

Kepuasan Publik Tinggi, Elektabilitas Jokowi tak Tertandingi
Presiden Jokowi disambut para santri. Foto: dok.JPNN.com

Arya menilai, aspek ekonomi merupakan alat pemukul utama bagi elektabilitas. Jika masyarakat merasa kebutuhan pokok sulit terpenuhi, potensi keterpilihannya mengecil.

Dia mencontohkan saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menang pada periode kedua 2009 lalu, kepuasan ekonomi berada di kisaran 62 persen.

Jokowi masih memiliki waktu sekitar satu tahun untuk memperbaiki catatan tersebut. ’’Jokowi pun sepertinya memahami ini. Buktinya, saat reshuffle lalu, pos ekonomi paling banyak dievaluasi,’’ terangnya.

Direktur Eksekutif CSIS Philips Vermonte menambahkan, kegagalan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di DKI Jakarta juga perlu dicatat.

Sebab, Ahok yang memiliki kepuasan tinggi bisa terjungkal saat kontestasi dilakukan. Terlebih saat isu-isu di luar pemerintahan justru ditonjolkan.

Dengan identitas pribumi dan muslim, Jokowi relatif aman jika dibandingkan dengan Ahok yang minoritas. Namun, tetap saja, isu-isu non pemerintahan perlu diwaspadai.

Senada dengan Arya, Philips juga menilai sektor ekonomi harus menjadi perhatian. Apalagi, jika dilihat dari aspek usia dan pendidikan, pemilih Prabowo di area lulusan SMA–D-3 dengan usia 20–29 tahun cukup tinggi.

’’Itu usia para pencari kerja dan terkorelasi dengan lapangan kerja yang masih menjadi masalah. Jadi, problem ekonomi harus dituntaskan,’’ ungkapnya. (far/c19/fat)


Dalam survei CSIS, kepuasan publik terhadap pemerintah cukup tinggi. Elektabilitas Jokowi jauh meninggalkan Prabowo Subianto.


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News