Kesaksian tentang Dokter Sunardi, dari Menunggak Iuran di Kampung sampai Pujian soal Kedermawanan

Kesaksian tentang Dokter Sunardi, dari Menunggak Iuran di Kampung sampai Pujian soal Kedermawanan
Para pelayat menaikkan jenazah dr Sunardi ke ambulans yang membawanya ke Tempat Pemakaman Muslim Polokarto, Sukoharjo, Kamis (10/03). Foto: Romensy Agustino/JPNN.com

Menurut Bambang, dr. Sunardi juga tidak membayar iuran untuk kegiatan warga. Oleh karena itu, Sunardi tidak dimasukkan ke WhatsApp Group (WAG) warga.

Memang Sunardi sering beribadah di masjid setempat. Bambang pun kerap bertemu Sunardi di masjid.

Namun, tutur Bambang, selama ini Sunardi tidak pernah mengobrol dengan warga. "Setahu saya, dia tinggal dengan istri dan empat anaknya yang sudah besar," kata Bambang.

Sebagai dokter, Sunardi membuka praktik di rumahnya. Namun, Bambang mengatakan tempat praktik itu sepi.

"Tidak ramai pasien yang datang," tutur Bambang.

Walakin, di tempat lain justru Sunardi dianggap sebagai sosok yang baik. Dokter lulusan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo itu dikenal sebagai pribadi dermawan, suka menggratiskan biaya pengobatan pasien, dan sering terlibat berbagai aksi sosial.

Dekan Fakultas Kedokteran (FK) UNS Reviono mengatakan selama ini Sunardi dikenal sebagai sosok yang baik. Reviono mengaku menerima informasi soal itu dari grup WA alumnus FK UNS.

"Orangnya baik, praktik di lingkungannya juga diterima baik. Hanya sebatas itu," katanya Reviono saat ditemui wartawan di kantornya Jumat, (11/03) siang.

Banyak yang menganggap Sunardi sebagai dokter dermawan dan aktif di kegiatan sosial. Namun, ada pengakuan lain soal Sunardi dari lingkungan tempat tinggalnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News