Keterlaluan

Keterlaluan
Penumpang beristirahat di lincak/amben di Bandara Chiang Mai. Foto: Disway

Saya juga jengkel kalau saat enak-enaknya tertidur dibangunkan. Hanya untuk diberi tahu bahwa makanannya sudah datang.

Atau memilih nulis artikel. Untuk DI’s Way.

Saya juga tidak mempersoalkan duduk di ekonomi atau bisnis. Sama saja. Untuk jarak pendek. Saya hanya harus naik kelas bisnis kalau terbang jarak jauh.

Saat ke Taiwan bulan lalu saya coba rute 'aneh': Surabaya-Brunei-Taipei. Ekonomi.

Itu karena saya melihat peta. Posisi Brunei ternyata tepat di tengah garis Surabaya-Taipei. Tegak lurus ke utara.

Kalau lewat Singapura sebenarnya rugi. Pun lewat Kuala Lumpur. Ke barat dulu. Baru ke utara.

Untuk lurus ke utara itu saya pilih Royal Brunei. Surabaya-Brunei dua jam. Brunei-Taipei dua jam. Hanya saja transitnya di Bandar Seri Begawan. Ibu kota Brunei.

Yang bandaranya sepi. Sunyi sekali. Enggak masalah. Toh, saya tidak terlalu tergiur dengan keramaian. Sepi itu kadang baik sekali. Untuk dinikmati.

Saya sering baca iklan menyenangkan. Di tengah-tengah berita di luar negeri. Tentang Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News