Ketidakjelasan Eksekusi Mati Tanda Lemahnya Diplomasi

jpnn.com - JAKARTA - Anggota Komisi III DPR Aboebakar Alhabsy mengatakan, penundaan eksekusi mati para bandar narkoba termasuk duo warga Australia yang tergabung dalam sindikat narkotika internasional Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, menunjukkan lemahnya kekuatan diplomasi Indonesia.
Menurut dia, bisa jadi ini merupakan indikasi Indonesia dalam tekanan Australia yang dalam beberapa waktu terakhir terus melakukan manuver secara masif.
Aboebakar mengatakan, apabila alasan yang disampaikan adalah masih adanya proses hukum yang diajukan oleh para
terpidana mati, ini menunjukkan bahwa Jaksa Agung kurang cermat dalam melakukan proses finalisasi administrasi dari para terpidana.
Menurut Aboebakar, jika proses hukum masih diajukan oleh seorang napi, seharusnya mereka tidak dimasukkan dalam rencana eksekusi.
"Seharusnya, daftar nama yang masuk dalam rencana eksekusi adalah para napi yang sudah memiliki kekuatan hukum mengikat atau incracht," katanya, Minggu (8/3).
Politikus Partai Keadilan Sejahtera yang karib disapa Aboe, itu mengatakan, penundaan eksekusi mati seperti ini akan membawa dampak buruk pada pemberian efek jera.
Para pengedar tidak akan takut lagi dengan ancaman hukuman mati, karena semua masih bisa ditunda-tunda.
Menurut Aboe, menunda eksekusi mati mereka sehari, sama saja mentolelir kematian 50 orang yang terpapar dampak narkoba.
JAKARTA - Anggota Komisi III DPR Aboebakar Alhabsy mengatakan, penundaan eksekusi mati para bandar narkoba termasuk duo warga Australia yang tergabung
- Prabowo Sambut Presiden Senat Kamboja di Istana, Ini yang Dibahas
- Seleksi PPPK Tahap 2 Berlangsung hingga 30 Mei 2025, BKN Beri Info Skor CAT
- Lewat Operasi Gurita, Bea Cukai Tegal Gagalkan Peredaran 1,3 Juta Batang Rokok Ilegal
- Human Initiative Gelar Flash Sale Kurban untuk Bantu Masyarakat Pelosok Negeri
- Calon Haji Asal Tulungagung Meninggal Dunia Sebelum Berangkat ke Tanah Suci
- Asido Hutabarat: Kurator Wajib Mengamankan Aset Pailit